پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

PENDIDIKAN SEKS PADA USIA PRABALIG

PENDIDIKAN SEKS PADA USIA PRABALIG

 

            Kecenderungan seksual adalah salah satu insting paling sensitif di antara sifat dasar manusia. Pada kenyataannya, inilah insting yang memiliki daya-bangun yang tinggi bagi ras manusia. Juga, membawa dampak yang positif dan negatif bagi kehidupannya, baik secara psikologis (kejiwaan) maupun fisiologis (hayati). Banyak di antara tindakan manusia dan penyebab dari beberapa penyakit secara fisik dan fisiologis dapat dinisbatkan pada insting ini. Jika aspek pendidikan individual berlangsung secara tepat dan bijak, maka kecenderungan seksual dapat menjadi sebuah anugerah bagi kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang. Akan tetapi, jika aspek pendidikan berada dalam atmosfer (suasana) yang dipenuhi hawa nafsu, birahi, dan keberlebih-lebihan, maka dalam semua kemungkinannya, kecenderungan seksual sangat mungkin menjadi penyebab bagi banyak kelainan fisik dan psikologis, yang pada gilirannya akan menjadi penyebab nyata bagi kehancuran-akhir seseorang dalam kehidupannya di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Jangan Remehkan Kecenderungan Seksual Anak

            Tidaklah sepatutnya menganggap kecenderungan seksual hanya memanifestasi setelah memasuki masa pubertas. Insting ini akan hadir dalam diri setiap individu sejak lahir; betapapun, ia tetap dalam keadaan tidur (tidak aktif) selama beberapa waktu. Secara perlahan, ia kemudian memanifestasikan diri secara perlahan dalam kesempatan lain selama masa kanak-kanak. Ya, adakalanya anak kecil akan mengusap alat kelaminnya dan merasakan kenikmatan. Ini menimbulkan dalam dirinya sejenis perasaan tertentu. Mereka bahkan merasa nikmat ketika orang tuanya menyayangi dan menciumnya. Mereka akan tertarik kepada orang dan benda yang indah, dan adakalanya mengekspresikan perasaan ini dalam kata-kata pula.

            Pada usia dua atau tiga tahun, anak-anak mulai dapat membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, dan melihat bagian pribadi orang lain dengan penuh perhatian. Ketika semakin bertumbuh, mereka akan tertarik pada gambar-gambar yang memaparkan kecantikan. Mereka akan melihat itu dengan penuh rasa takjub. Adakalanya pula, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Mereka mulai menunjukkan ketertarikan terhadap lawan jenisnya dan berusaha menarik perhatian seseorang yang berbeda jenis kelaminnya. Terkadang, mereka mengajukan kepada orang tua pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan seks. Mereka juga berusaha mendengarkan secara diam-diam bisikan-bisikan orang tuanya. Atau, suka duduk-duduk dengan teman-temannya di tempat-tempat sepi dan bertukar rahasia.

            Semua itu menunjukkan bahwa di dalam diri anak-anak bersemayam kecenderungan seksual yang tersembunyi, yang berusaha terekspresi dalam tindak-tanduk mereka. Tanpa bimbingan dan pengetahuan yang memadai, insting tersebut akan terus menyerang anak-anak. Mereka tidak akan mengerti; apa sesungguhnya yang mereka inginkan. Perhatian mereka hanyalah meraih kesenangan dari berbagai sumber. Tetapi, mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk meraih kesenangan tersebut. Hingga usia 10 sampai 12 tahun, anak-anak akan terus berada dalam ketegangan seperti ini. Dari usia 12 sampai 15 tahun, kecenderungan seksual tersebut akan bertumbuh dengan cepat di dalam diri mereka.

            Orang tua yang bertanggung jawab tidak akan mengabaikan kecenderungan dalam diri anak-anak mereka itu. Mereka tidak dapat melangkah tanpa memikirkan sebuah strategi untuk menangani persoalan ini dengan sebaik-baiknya. Pendidikan seks adalah salah satu aspek tersulit dan terpelik dalam proses pengasuhan anak. Kesalahan dan pengabaian paling ringan saja yang dilakukan para orang tua akan mendorong anak-anak ke jurang kehancuran nan dalam.

            Para orang tua harus memfokuskan perhatian pada kenyataan bahwa sebelum masa pubertas, anak-anak belum memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Oleh karena itulah, Tuhan telah menjaga agar insting seksual ini tetap tersimpan di kedalaman diri mereka. Perhatian terbaik bagi anak-anak adalah bila kecenderungan seksual mereka tidak mengalami kebangkitan yang terlalu dini. Jika hal ini terjadi secara prematur, maka si anak akan menderita banyak ragam cacat sosial dan penyakit fisik. Para orang tua harus menjauhkan diri dari segala sesuatu yang merangsang kecenderungan seksual pada anak-anak. Mereka harus menyediakan bagi anak-anak itu sebuah lingkungan yang sehat di mana pikiran mereka tidak mengarah pada ekspresi yang bersifat dini dari kecenderungan seksualnya. Para orang tua yang bijak dapat memutuskan sendiri mana yang sangat dibutuhkan anak-anaknya dan mana yang tidak.

Langkah-langkah Mengatasi “Kematangan” Seksual Terlalu Dini

Namun, di sini kami akan menyebutkan sedikit di antara hal-hal yang perlu selalu diingat di dalam benak. Mereka harus benar-benar dapat memastikan bahwa anak-anak tidak menyentuh bagian paling pribadinya, tidak melihat gambar-gambar model di majalah-majalah, tidak mendengar ungkapan cinta dan menonton film-film romantis, memuji ketampanan dan kecantikan orang lain, memandang wajah yang cantik dan mempertontonkan tubuh, asyik mendengarkan lelucon mesum atau percintaan dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Semua ini dan banyak daya tarik lain akan mengobarkan kecenderungan seksual pada anak.

            Para orang tua tidak boleh membiarkan anak-anak yang berusia lima sampai enam tahun hidup tak terurus. Mereka mungkin akan mempermainkan bagian pribadi tubuh mereka, sehingga menggugah kecenderungan di dalam dirinya. Mereka tidak boleh dibiarkan terus berbaring di ranjang, saat mereka telah bangun dari tidur. Anak berusia enam tahun harus dipisahkan tempat tidurnya. Jika anak-anak tidur seranjang, tubuh mereka akan bersentuhan satu sama lain dan ini akan membangkitkan kecenderungan seksualnya. Para orang tua tidak boleh membiarkan anak-anak yang berusia lima atau enam tahun tidur seranjang dengan mereka. Khususnya, dalam kasus di mana seorang anak memiliki jenis kelamin yang berlawanan. Bahkan, seorang ibu tak sepatutnya membiarkan tubuhnya bersentuhan dengan tubuh anak perempuannya yang telah berumur enam tahun.     

            Rasulullah saw bersabda, “Ketika anak telah mencapai usia tujuh tahun, sediakanlah tempat tidur yang terpisah untuk mereka.”[152]

            Imam Ja`far Shadiq meriwayatkan dari datuk-datuknya, “Wanita dan anak-anak berusia sepuluh tahun harus memiliki tempat tidur pribadi yang terpisah.”[153]             

            “Jika tubuh seorang ibu bersentuhan dengan tubuh anak perempuannya, maka ia (berarti) sedang melakukan sejenis gangguan (penganiayaan).”[154]

            “Seorang pria tidak boleh mencium anak perempuannya yang berusia enam tahun, dan seorang wanita tidak boleh mencium anak laki-lakinya yang berusia tujuh tahun.”[155]

Jaga Aurat Meski Satu Rumah

Biasanya, di dalam banyak rumah tangga, para wanita mondar-mandir dengan membuka bagian tubuh yang terlarang. Banyak laki-laki juga tak jauh berbeda. Mereka menyingkap celana hingga di atas lutut dan mondar-mandir di hadapan anak laki-laki dan perempuannya. Mereka berpikir bahwa mereka adalah anggota dari satu keluarga yang sama dan muhrim, atau memiliki hubungan yang dekat; di mana perempuan tidak perlu menyembunyikan diri dari mereka.

            Para orang tua juga beranggapan bahwa anggota tubuh mereka yang terbuka tidak akan berpengaruh pada anak-anak dan masih terlalu belia untuk memahami hal-hal seperti itu. Mereka mengira, anak-anak perempuan mereka yang tidak menutupi bagian dadanya dengan kain dan memperlihatkan anggota tubuhnya tidak akan mempengaruhi anak lelaki mereka dengan cara apapun. Mereka menyangka demikian karena anak-anak itu adalah saudara laki-laki dan saudara perempuan satu sama lain. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Kecenderungan seksual merupakan salah satu kecenderungan terkuat. Ketika bangkit, ia tidak akan membiarkan seseorang memikirkan hubungan apapun.

            Amirul Mukminin Ali mengatakan, “Adalah sangat mungkin dengan sekilas pandangan, kecenderungan cinta dan seks akan bangkit.”[156]

            Sungguh, dorongan nafsu akan menjadi sebab yang mengubur kemuliaan anak-anak yang tak berdosa. Mungkin, dalam beberapa keadaan, si anak akan melakukan perkosaan dan perzinahan dengan saudara. Dan terhadap hal ini, orang tua benar-benar harus bertanggung jawab atas sikap ceroboh mereka.

            Di sini, akan dikutipkan tulisan seorang intelektual:

“Demi keselamatan jiwa anak-anak, tak seharusnya kita memperlihatkan tubuh kita kepada mereka. Adakalanya, anak-anak mengintip melalui celah kamar mandi saat kita mandi atau mengganti pakaian. Kita harus memastikan bahwa anak-anak tidak membangun kebiasaan seperti ini.”[157]

Benar, para orang tua adalah muhrim bagi anak-anak mereka dan dapat tinggal bersama dalam satu rumah. Akan tetapi, para orang tua seharusnya tidak mengorbankan kebersamaan yang benar dengan anak-anak tersebut demi kesenangan dan kebebasan mereka sendiri. Dengan cara seperti ini, mereka tidak melindungi anak-anak mereka dari kehancuran. Sebagai konsekuensinya, kehidupan mereka akan terpenjara oleh rasa malu dan kesedihan yang berkepanjangan.

            Paha seseorang tersingkap dari jubahnya. Nabi saw melihat hal itu dan bersabda, “Sembunyikan pahamu, karena itu adalah salah satu (bagian) yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain.”[158]      

            Adalah tidak patut jika seorang anak laki-laki berusia empat tahun mandi bersama ibunya. Sebagaimana, seorang anak perempuan berusia empat tahun tak seharusnya mandi bersama ayahnya. Anak-anak dan remaja tidak boleh dibiarkan menyendiri tanpa mengerjakan apapun. Kesendirian akan menciptakan dorongan untuk melakukan masturbasi. Bagian pribadi dari seorang anak laki-laki kecil harus tetap tertutup, tidak dibuka di hadapan saudara kandungnya. Jangan pernah menggunakan cacian yang menghina terhadap anak-anak. Suami dan istri juga tidak boleh tidur seranjang di hadapan anak-anak. Mereka juga tidak boleh bersenda-gurau ketika anak-anak berada di sekitar mereka.

Mencari Waktu yang Tepat dalam Berhubungan

Satu masalah sekaitan dengan hubungan antara pasangan suami istri dengan anak-anak adalah hubungan seksual antara laki-laki dengan istrinya. Adalah dibenarkan jika suatu pasangan tidur bersama. Akan tetapi, ketika terdapat beberapa anak dalam sebuah keluarga, akan menjadi masalah untuk menjaga sejumlah privasi. Bagaimanapun, mereka mesti melanjutkan hubungan pribadi itu tanpa memberikan sebuah gambaran tentangnya kepada anak-anak. Di lain pihak, terdapat sebuah bahaya berupa bangkitnya dorongan seksual pada anak-anak, dalam usia mereka, yang akan melahirkan konsekuensi yang mengerikan. 

            Imam Ja`far Shadiq berkata, “Suami tidak boleh mendekati istrinya ketika anak berada di kamar tidur mereka. Kalau tidak, itu akan menjadi seperti melakukan sebuah perkosaan.”[159]

            Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah! Seseorang yang berhubungan intim dengan istrinya ketika anaknya berada di kamar itu, dan si anak melihat mereka serta mendengar suara mereka, maka si anak tersebut tidak akan pernah beruntung. Baik itu anak perempuan atau anak laki-laki, dia akan melakukan penodaan dalam perzinahan (karena melihat perbuatan itu).”

            Bilamana Imam Zainal Abidin  hendak mendekati istrinya, beliau biasa menyuruh keluar pelayannya, mengunci pintu dari dalam, dan memasang gordennya.[160]

            Rasulullah saw melarang seorang laki-laki mendekati istrinya jika seorang bayi kecil melihat mereka dari tempat buaian.[161]

            Oleh karena itu, suami-istri yang memiliki seorang anak, tidak boleh berada di tempat pribadi yang biasa digunakan, sebelum membawa keluar sang anak. Untuk menjaga kesucian anak-anak, pasangan harus menjaga kehidupan pribadi sebagai suami-istri sepenuhnya terjauhkan dari pandangan mereka. Ini mungkin merupakan proses yang tidak mudah, tetapi tidak ada alternatif lain. Mereka tidak boleh berpikir bahwa anak-anak tidaklah berdosa dan tidak akan memahami apapun dalam usia itu. Justru sebaliknya, anak-anak sangatlah tajam penglihatannya dan cerdas. Mereka akan menarik kesimpulan sendiri dari apa yang mereka amati. Mereka sangat ingin tahu apa yang dilakukan orang tua di tempat pribadinya. Adakalanya, mereka akan pura-pura tidur untuk mengetahui dan melihat apa yang sedang terjadi. Mereka juga akan mencoba untuk mengintip dari balik pintu atau gorden. Adalah lebih baik jika para orang tua memiliki sebuah kamar pribadi yang terkunci untuk mereka sendiri di dalam rumah. Kamar ini harus memiliki jarak yang sejauh mungkin dengan tempat anak-anak. Sementara, anak-anak harus dilatih untuk memberitahu jika hendak masuk ke kamar orang tua. Para orang tua harus menghindarkan diri dari melakukan hubungan intim bila anak-anak berada di sekeliling rumah, atau hingga mereka tidur dan tak mendengar suara.

            Seorang intelektual Barat menulis sebagai berikut:

“Kebanyakan tempat tinggal modern dibangun dengan struktur yang para perencananya mengabaikan privasi bagi hubungan suami-istri para penghuninya. Pada kenyataannya,  rumah-rumah masa kini dapat dikatakan sebagai bangunan yang menentang kebutuhan seksual penghuninya. Kebanyakan rumah dan apartemen seperti itu; tidak menyediakan kamar tidur yang terpisah bagi para orang tua. Kalau pun ada, dinding kamar tersebut sangat tipis, sehingga anak-anak yang tinggal di kamar sebelah dapat mendengar bisikan lemah sekalipun. Adalah fakta yang tak menyenangkan bahwa disebabkan tak memiliki sebuah tempat yang pantas untuk hubungan mereka, para orang tua terpaksa mengalami kehidupan yang mencekik.”[162]

            Akan tetapi, satu hal yang tak menguntungkan bila orang tua tidur di tempat yang terpisah adalah bahwa mereka takkan dapat memantau apa yang dilakukan anak-anak. Khususnya, jika terdapat seorang anak laki-laki yang sedang tumbuh dan seorang anak perempuan dalam kumpulan anak-anak. Dalam situasi seperti ini, membiarkan anak-anak tinggal bersama dalam sebuah ruang mungkin sebaiknya tidak dilakukan. Dalam situasi semacam ini, para orang tua harus mengorbankan kesenangannya. Jika orang tua harus tidur bersama anak-anak dalam sebuah ruangan, mereka harus menggunakan tempat tidur yang terpisah. Untuk memenuhi kebutuhan hubungan intim, mereka harus mencari sebuah sudut yang sepi di larut malam, ketika semua anak-anak telah tidur. Jika para orang tua adalah orang-orang yang penuh tanggung jawab dan hendak menjadi orang yang demikian, mereka akan dapat menemukan jalan dalam menyelesaikan persoalan ini tanpa banyak mengalami kesulitan.

            Allah Swt berfirman dalam al-Quran, Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah shalat isya’. Itulah tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagain (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Mahatahu lagi Mahabijak.” (QS. an-Nur: 58)

Menerangkan Seks dengan Bijak

Sebelum memasuki masa pubertas, anak-anak akan menanyakan persoalan seputar seks, baik langsung ataupun tidak langsung. Beberapa orang tua melarang pertanyaan semacam itu.   Misalnya, mereka berkata, “Diamlah! Jangan menanyakan hal-hal tolol seperti itu!” “Ini bukan urusanmu!” “Kamu akan mengerti semuanya kalau sudah besar nanti!”

            Ya, mereka mungkin dapat meredakan sesaat keinginan anak-anak dengan jawaban tanpa memberikan pengertian seperti itu. Sebagian orang tua yang lain memang memberikan jawaban atas pertanyaan anak-anak mereka, tetapi jawaban-jawaban tersebut juga salah dan berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya. Anak secara halus tahu bahwa orang tuanya tidak memberikan jawaban yang benar kepadanya.

            Kedua cara di atas keliru. Lantaran si anak menanyakan persoalan itu dengan didasari oleh rasa hausnya terhadap pengetahuan, sementara dia tidak memperoleh jawaban yang memuaskan, maka bertambahlah rasa ingin tahunya dan dia mungkin akan mencari informasi di tempat lain yang mungkin bukan merupakan tempat terbaik bagi kepentingannya. Untunglah, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak-anak seputar persoalan seks sebelum masa pubertas tidaklah terlalu rumit sehingga terlalu sulit bagi para orang tua untuk menjawabnya. Salah satu pertanyaan yang mengganggu setiap anak adalah perbedaan antara bagian pribadi dari tubuh seorang anak laki-laki dengan seorang anak perempuan. Seorang anak laki-laki sepenuhnya paham bahwa terdapat perbedaan antara bagian pribadi dirinya dengan saudara perempuannya. Akan tetapi, dia ingin tahu, mengapa terdapat perbedaan seperti ini? Adakalanya dia akan merasa takut kalau-kalau memiliki cacat (kekurangan) lantaran dirinya tidak sama dengan saudara perempuannya. Di lain waktu, dia malah berpikir bahwa saudara perempuannyalah yang memiliki kekurangan. Dia ingin mengetahui penyebab perbedaan tersebut dan akan meminta penjelasannya dari orang tuanya. Adalah tugas para orang tua untuk memberikan jawaban yang memuaskan bagi sang anak. Mereka harus menjelaskan kepadanya bahwa semua anak laki-laki telah diciptakan seperti dirinya dan semua anak perempuan seperti saudara perempuannya. Juga, anak laki-laki akan tumbuh besar menjadi ayah dan anak perempuan menjadi ibu. Mereka akan memiliki anak; perputaran seperti ini akan terus berlangsung.

            Anda tak perlu membayangkan bahwa anak ingin mengetahui semua fakta tentang seks sekaligus. Dia hanya ingin memperoleh jawaban atas apa yang ada di benaknya saat itu saja. Tidak lebih dari itu, tidak juga kurang darinya. Sebelum anak mencapai usia untuk memahami, dia harus memperoleh informasi yang luas tentang hal-hal yang memang diperlukan dan mudah dipahami. Jika Anda tidak menjawab pertanyaannya, dia mungkin akan mendapatkan detail yang membahayakan dari anak-anak nakal yang lebih dewasa di sekitar rumahnya atau dari tempat lain.

            Ketika anak Anda mencapai usia pubertas, dan Anda tahu bahwa kecenderungan seksualnya telah berkembang, juga terjadi perubahan yang cepat di dalam dirinya, maka dalam sebuah kesempatan yang tepat, Anda harus menginformasikan kepadanya hal-hal berikut:

            “Ketika anak-anak tumbuh besar, mereka akan mengalami sebuah dorongan untuk memiliki teman. Anak perempuan menyukai anak laki-laki sebagai teman, dan anak laki-laki menyukai anak perempuan sebagai teman. Tidak ada larangan dalam hal ini. Akan tetapi, jika teman itu adalah orang yang saleh dan baik, maka hal ini akan membawa keberuntungan bagi anak laki-laki dan perempuan tersebut. Sebaliknya, seorang teman yang buruk akan membawa kerugian baginya.

            “Setelah menikah, tanggung jawab akan berlipat ganda setiap waktu. Nafkah untuk istri dan ketika anak-anak telah lahir akan terus menanjak. Semua tanggung jawab ini harus ditanggung oleh suami. Engkau harus menyelesaikan pendidikanmu dengan sebaik-baiknya sehingga engkau memiliki pekerjaan yang baik. Setelah itu, kita akan mempersiapkan pernikahanmu. Berusahakeraslah dalam studimu. Jika engkau memiliki kemampuan, orang-orang akan menyukaimu dan engkau akan mendapatkan calon istri yang baik.

            “Berhati-hatilah dengan masturbasi. Itu sebuah dosa dan berbahaya bagi kesehatan seseorang. Orang yang melakukan itu, tidak akan dapat menjalani kehidupan perkawinan yang pantas nantinya.

            “Hindarilah teman yang buruk dan jangan tiru kebiasaan mereka. Beberapa kebiasaan itu dapat merusak seseorang.”

            Begitulah, ketika anak-anak tumbuh besar, mulai tumbuh bulu di ketiak dan daerah pinggang (selangkangan paha). Anak-anak akan merasa takut melihat hal ini untuk pertama kalinya. Bimbinglah mereka dengan tepat. Jelaskan kepada mereka metode untuk membuang rambut-rambut yang tidak diperlukan.

            Anak perempuan mulai mengalami menstruasi. Saat melihat darah menodai pakaiannya, dia akan ketakutan. Jelaskan kepadanya tentang menstruasi periodik yang akan dialami anak-anak perempuan setelah puber. Payudara mereka juga akan tumbuh. Beberapa anak perempuan juga merasa khawatir dengan perkembangan ini.   

            Sebagaimana, ketika anak laki-laki telah memperlihatkan tanda-tanda memasuki masa pubertas, dia akan mengalami mimpi yang menggelisahkan dalam tidurnya. Selama mengalami mimpi itu, emosinya akan bangkit dan ejakulasi akan terjadi. Terkadang, tanpa perasaan bersalah dan mengerti, anak-anak akan berpikir bahwa mereka telah mengidap penyakit.  Adakalanya pula, mereka menyangka telah melakukan dosa. Mereka merasa khawatir dan menyembunyikan persoalan tersebut sebagai sebuah rahasia.

            Dalam masa-masa seperti itu, adalah tugas para orang tua untuk mempersiapkan si anak terlebih dahulu. Ibu harus membuat anak perempuannya merasa percaya diri dan menjelaskan kepada mereka bahwa tumbuhnya rambut di wilayah-wilayah tertentu tubuhnya serta periode pendarahan di awal masa pubertas adalah fenomena normal pada seorang gadis. Dia harus mengajari anak perempuannya cara untuk menjaga kesehatan selama masa tersebut dan bagaimana pembersihan (penyucian) setelah masa tersebut berlalu. Dia juga harus menjelaskan bahwa selama periode tersebut, dirinya tidak boleh menjalankan puasa atau kewajiban shalat. Puasa Ramadhan yang telah ditinggalkannya selama masa itu, harus dijalankan di kemudian hari.

            Seorang ayah juga harus menjelaskan kepada anak laki-lakinya bahwa dia telah menjadi orang dewasa. Dia akan mengalami keadaan di mana tumbuh bulu di sekitar ketiak dan pinggangnya. Juga, mengalami mimpi yang disertai dengan ejakulasi. Ini adalah gejala normal yang dialami semua anak laki-laki yang memasuki masa pubertas dan tidak perlu khawatir dengan semua itu. Kapansaja mengalami ejakulasi dalam mimpinya, dia wajib melakukan mandi penyucian. Sang ayah harus menjelaskan kepada anak laki-laki cara untuk mandi wajib. Dengan demikian, para orang tua dapat memberikan rasa tenteram ke dalam diri anak-anak, yang sekarang telah memasuki gerbang kehidupan orang dewasa.


[152] Makârim al-Akhlâq, jil.1, hal.256.
[153] Wasâ`’il asy-Syî’ah, jil.14, hal.268.
[154] ibid., hal.170.
[155] Ibid.
[156] Ghurar al-Hikam, hal.416.
[157] Paiwandhai Kudak wa Khanwada, hal.177.
[158] Mustadrak al-Wasâ`il, Hakim, jil.4, hal.181.
[159] Wasâ`il asy-Syî’ah, jil.14, hal.94.
[160] ibid.
[161] Mustadrak al-Wasâ`il, jil.2, hal.546.
[162] Paiwandhai Kudak wa Khanwada, hal.176.