پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA

 

            Dalam pandangan Islam, ayah dan ibu memiliki kedudukan mulia. Allah Swt, Rasulullah saw, dan para imam maksum telah memperingatkan hal ini. Terdapat banyak ayat yang terkait dengannya, yang mana kelakuan baik anak terhadap orang tuanya dianggap sebagai salah satu doa terbaik.

Allah Swt berfirman, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. al-Isra: 23)

Imam Ja`far Shadiq berkata, “Tiga tindakan terbaik adalah melakukan lima shalat wajib di awal waktu, berkelakuan baik kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah.”[2]

Pertanyaannya, mengapa kedudukan mulia ini dianugerahkan kepada orang tua? Apakah Allah memberikan kedudukan ini tanpa alasan? Perbuatan besar apa yang dilakukan orang tua kepada anaknya, yang menjadikan mereka berhak memperoleh kedudukan tersebut?

Seorang ayah, melalui hubungan seksual, melepaskan spermanya ke rahim ibu, yang kemudian bertemu dengan sel telur, sehingga kehidupan baru mulai terbentuk. Kemudian setelah sembilan bulan, kehidupan baru itu datang ke dunia dalam sosok bayi mungil. Ibu lalu menyusuinya dan memberi nutrisi lainnya. Kadang kala ia membersihkannya, dan pada saat lain mengganti pakaiannya. Ia memperhatikannya pada saat basah maupun keringnya. Sedangkan ayah mengurusi nafkah yang diperlukan untuk merawat anak. Apakah orang tua memiliki tanggung jawab selain ini? Apakah hanya disebabkan aktivitas tersebut, orang tua memperoleh anugerah kedudukan yang mulia? Apakah hanya orang tua yang memiliki hak terhadap anak, sementara anak tidak memiliki hak terhadap mereka?

Menurut saya, tak seorang pun yang memiliki hak sepihak. Hadis maksumin dari Rasulullah saw menegaskan hal ini, “Sebagaimana ayah kalian memiliki hak atas kalian, maka anak-anak kalian pun memiliki hak yang sama.”[3]

Rasulullah saw juga bersabda, “Sebagaimana anak yang tidak diakui hak kewarisannya disebabkan kedurhakaannya, maka bisa terjadi pula orang tua tidak diakui oleh anaknya disebabkan tak memenuhi tanggung jawab mereka.”[4]

Rasulullah saw kembali bersabda, “Laknat Allah atas orang tua yang menyebabkan anak-anak mereka kehilangan hak kewarisannya.”[5]

Imam Sajjad berkata, “Anak-anak kalian memiliki hak atas kalian sebagaimana kalian menilai mereka saat mereka berkelakuan baik atau buruk. Kalian yang menyebabkan kelahiran mereka, dan dunia mengenal mereka sebagai keturunan kalian. Kewajiban kalian untuk mengajar mereka perilaku baik serta membimbing mereka untuk mengenal dan menaati Allah. Tindakan kalian terhadap anak-anak kalian haruslah seperti seorang yang meyakini bahwa perbuatan baik akan beroleh pahala dan perbuatan buruk akan mendatangkan balasan (azab).”[6]

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Sadarlah, tindakan Anda dapat menjadikan keluarga dan sanak famili Anda bagian dari orang-orang celaka.”[7]

Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang menginginkan anak-anaknya terhindar dari kehilangan hak kewarisan, maka hendaknya ia menolong mereka untuk berperilaku baik.”[8]

Rasulullah saw bersabda, “Seseorang yang memiliki anak perempuan hendaknya berupaya menanamkan perilaku baik kepadanya, dan berusaha untuk mendidiknya. Memberikan kenyamanan kepadanya, sehingga ia dapat menghindarkannya dari api neraka.”[9]

Di samping itu, Allah Swt berfirman, Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. at-Tahrim: 6)

Periode ketika anak berada dalam proses mengadopsi jalan hidup—yang dapat menjadikannya baik atau buruk—akan berpengaruh kepadanya kelak, apakah ia akan menjadi manusia sempurna ataukah hewan liar. Kesalehan atau kejahatan seseorang bergantung pada pengasuhan yang ia terima, dan ini merupakan tanggung jawab yang mesti dipikul oleh orang tua. Pelayanan terbesar yang dapat diberikan orang tua kepada anak-anaknya adalah ketika ia mendidik mereka untuk berperilaku baik, murah hati, bersahabat dengan manusia, berniat baik, cinta kebebasan, berani, adil, bijaksana, saleh, mulia, setia, patuh, giat bekerja, dan berpengetahuan.

Orang tua mesti membentuk anak-anak mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhasil di dunia dan akhirat. Hanya orang-orang seperti itulah yang diberkahi dengan kedudukan mulia orang tua. Bukan mereka yang memproduksi anak kemudian membiarkannya menjaga dirinya sendiri, dan membawanya ke jurang kejahatan.

Rasulullah saw bersabda, “Hadiah terbaik yang diberikan seorang ayah kepada anaknya adalah pendidikan akhlak dan adab.”[10]

Sementara itu, ibu memiliki peran yang lebih penting dalam mengasuh anak. Bahkan dalam masa kehamilan, kebiasaan makan dan perilakunya akan berpengaruh pada kualitas dan perkembangan anak di kemudian hari.

Rasulullah saw bersabda, “Beruntunglah seseorang yang kualitasnya telah dibentuk sejak dalam rahim ibunya. Dan celakalah seseorang yang kejahatannya telah dibentuk sejak dalam rahim ibunya pula.”[11]

Rasulullah saw bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu.”[12]

Jangan Meremehkan Pendidikan dan Pengajaran

Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak mereka berarti telah melakukan kekeliruan. Orang tua semacam ini mesti ditanya apakah anak mereka ingin lahir di dunia ini untuk diabaikan seperti domba dan hewan ternak. Anda telah menjadi penyebab keberadaannya, sehingga berdasarkan kewajiban agama dan nilai-nilai kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran menjadi tanggung jawab Anda.

Orang tua juga turut bertanggung jawab terhadap masyarakat. Karena anak-anak hari ini akan menjadi penduduk di kemudian hari. Masyarakat akan terbentuk oleh mereka. Apapun pelajaran yang mereka peroleh hari ini akan mereka praktikkan di kemudian hari. Bila pendidikan mereka hari ini sempurna, maka masyarakat di kemudian hari juga akan sempurna. Jika generasi hari ini memperoleh pendidikan yang keliru, maka bisa dipastikan masyarakat di kemudian hari akan menjadi buruk.

Kepribadian dalam lingkup politik, pendidikan, dan masyarakat akan muncul dari elemen-elemen ini. Anak-anak hari ini akan menjadi orang tua di kemudian hari. Anak-anak hari ini dapat menjadi pembaharu di masa mendatang. Jika mereka memperoleh pendidikan yang baik dari orang tuanya, niscaya mereka akan dapat melanjutkannya terhadap anak-anak mereka.

Jika orang tua berkehendak seperti itu, maka mereka akan menjadi pembaharu sosial di masa mendatang. Sebaliknya, bila mengabaikan anak-anaknya, maka mereka akan menjadi penyebab kehancuran masyarakat. Dan, dengan memberikan pendidikan yang benar kepada anak-anak, orang tua dapat memberikan pelayanan tak ternilai kepada masyarakat.

Pendidikan tidak semestinya diremehkan, upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dan kesulitan-kesulitan yang mereka alami sekaitan dengan hal ini telah menghasilkan ribuan profesor, dokter, dan insinyur. Ini adalah orang tua yang mau berupaya mencetak manusia-manusia yang bermanfaat, guru-guru yang cakap dan saleh, serta para profesional lainnya.

Tanggung Jawab Para Ibu

Seorang ibu pada umumnya mengemban tanggung jawab lebih besar dalam mengasuh anak. Anak-anak umumnya menghabiskan sebagian besar waktu kanak-kanak mereka bersama ibu. Fondasi dari arah masa depan mereka terletak di sana. Oleh karena itu, kunci dari sikap buruk atau baik seseorang, dan kemajuan ataupun kemunduran masyarakat, terletak pada para ibu. Kedudukan kaum wanita tidak terletak di pasar-pasar ataupun di posisi-posisi administratif. Fungsi-fungsi ini tidak mencerminkan pentingnya seorang wanita sebagai seorang ibu. Kaum ibu (semestinya) adalah penghasil manusia-manusia sempurna. Para menteri, pengacara, dan profesor yang saleh berutang budi pada cinta kasih dari ibu mereka selama masa pertumbuhan mereka.  

Orang tua yang menghasilkan anak-anak yang jujur dan saleh, tidak hanya melayani anak-anak mereka dan masyarakat, melainkan juga menciptakan wadah bagi mereka dalam masyarakat. Anak-anak ini akan menjadi penolong bagi orang tua, saat keduanya berusia lanjut kelak. Jika para orang tua berupaya keras untuk mendidik dan mengasuh anak-anak mereka, maka mereka akan memperoleh hasil (yang baik) ketika menghadapi masa-masa dalam kehidupan mereka.

            Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Keturunan yang buruk adalah di antara penyebab terbesar kesulitan-kesulitan bagi orang tua.”[13]

            Imam Ali juga berkata, “Keturunan yang buruk akan menjatuhkan kehormatan orang tua, dan penerusnya pun akan dipermalukan.”[14]

Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah memberkahi orang tua yang mendidik anak-anak mereka untuk berkelakuan baik terhadap mereka.”[15]

            Oleh karena itu, mereka yang telah menjadi orang tua memikul tanggung jawab besar di pundak mereka; yakni, tanggung jawab kepada Allah Swt, sesama manusia, dan anak-anak mereka.

Jika melaksanakan tanggung jawab itu secara benar, mereka akan memperoleh pahala di dunia dan akhirat. Namun, jika gagal dalam melaksanakannya, mereka akan menjadi orang-orang yang merugi. Mereka pun akan menjadi orang-orang yang telah bersikap curang terhadap anak-anak mereka sendiri dan masyarakat secara luas, dan ini sama saja dengan melakukan dosa yang tak terampunkan.

 

[2]  Ushûl al-Kâfî, jil.2, hal.158.
[3]  Majma’ az-Zawâ’id, jil.8, hal.146.
[4]  Bihâr al-Anwâr, jil.19, hal.93.
[5]  Makârim al-Akhlâq, hal.518.
[6]  ibid., hal.484.
[7]  Ghurar al-Hikam, hal.802.
[8]  Majma’ az-Zawâ`id, jil.8, hal.158.
[9]  ibid.
[10]  ibid., hal.159.
[11]  Bihâr al-Anwâr, jil.77, hal.115-133.
[12]  Mustadrak al-Wasâ`il, jil.2, hal.38.
[13]  Ghurar al-Hikam, hal.189.
[14]  ibid., hal. 80.
[15]  Makârim al-Akhlâq, hal.517.