پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

Kewajiban-kewajiban Agama

Kewajiban-kewajiban Agama

 

Siapa saja yang mempercayai Allah, kenabian Muhammad saw dan hari kebangkitan, maka  dianggap manusia yang bersih, dihalalkan menikah, dan hartanya juga terhormat. Namun sekedar pengakuan saja tentu tidak mencukupi untuk menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat karena harus ditindaklanjuti oleh amal. Allah Swt telah menyusun sebuah rancangan yang akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada manusia dengan mengutus para nabi. Sebagian perkara wajib dilakukan dan ada sebagian perkara diharamkan, kemudian ada juga hal-hal yang dimubahkan dan memang alangkah baiknya kalau dikerjakan, sebagian lagi ada hal-hal yang makruh dan sebaiknya ditinggalkan saja. Taklif-taklif tersebut sengaja diberikan kepada manusia supaya menjadi bagian dari kehidupan dan layak menyandang pribadi seorang muslim yang selalu berserah diri kepada Allah Swt.

Kebebasan seorang muslim ada dalam aturan syariat Islam yang harus dipatuhi dengan penuh komitmen. Ia harus menyerahkan diri secara total kepada hukum-hukum syariat. Kepatuhan seorang muslim kepada aturan-aturan tersebut akan menjamin kebahagiaan yang hakiki.

Sikap disiplin diri dalam mematuhi hukum syariat atau mengembangkan sikap kepasrahan total kepada ketentuan-ketentuan adalah hal yang harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak oleh para pendidik dan sebaiknya yang harus mengajarkan kepada anak didiknya adalah para ahli amal. Ada dua tahap yang harus dilakukan oleh Tim pendidik untuk menanamkan masalah ini kepada anak didiknya:

1.       Tahap pertama memberikan penjelasan yang dapat dipahami oleh anak-anak  mengenai betapa pentingnya melaksanakan perintah-perintah agama. Carilah waktu dan kesempatan yang pas untuk menyampaikan penjelasan tersebut, disesuaikan dengan kemampuan mereka dalam mencerna penjelasan. Ajarkan kepada mereka keagungan Allah, kebesaran Nabi Muhammad saw. Biarkan mereka mencerna sifat kasih sayang Allah dan juga jelaskan tentang karunia Allah yang sangat melimpah yang diberikan di dunia dan yang akan diberikan di akhirat kelak. Usahakan supaya kasih sayang Allah itu selalu diingat oleh anak-anak. Setelah itu mulailah mereka diberi pengertian tentang mengapa Allah Swt menurunkan perintah dan larangan kepada manusia dan mengapa para nabi diutus oleh Allah, jelaskan bahwa semua itu dilakukan oleh Allah karena demi kepentingan manusia, karena kasih sayangnya kepada manusia. Dan demi kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Jadi manusia-manusia yang ingin mendapatkan kebahagiaan sejati mau tidak mau harus melaksanakan aturan-aturan Allah.

2.       Tahap kedua adalah tahapan mendisiplinkan anak-anak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Para guru dan pembimbing tidak usah menunggu sampai mereka mencapai usia balig. Mereka harus segera menyuruh anak-anak untuk mengerjakan perintah-perintah Allah, begitu diketahui ada kemauan dalam diri mereka. Tentu saja harus juga diperhatikan kemampuan fisik anak-anak dalam menjalankan perintah-perintah agama, jangan bebani mereka dengan hal-hal yang di luar kemampuan fisik. Jadi biarkanlah mereka mempelajari tata cara shalat dari orangtua mereka terlebih dahulu dan jangan paksa mereka untuk mengucapkan bacaan atau wudhu dengan cara yang benar, biarkan begitu sampai saatnya nanti—ketika dirasa sudah saatnya untuk memberikan materi tambahan—ajarkan kepada mereka tata cara wudhu dan bacaan al-Fatihah dan surah-surah yang lain dengan cara yang benar secara perlahan-lahan. Setelah anak merasa senang dengan kebiasaan baru tersebut mulailah disuruh melakukan shalat ketika usia mereka sudah mencapai 7 atau 9 tahun. Dengan cara apapun usahakan anak-anak selalu melaksanakan shalat. Kalau orangtua sendiri  memang sangat memperhatikan shalat dan selalu menunaikan tepat pada waktunya maka anak-anak juga akan senang mengikuti mereka. Upayakan melaksanakan shalat secara berjamaah dengan anak-anak, karena itu sangat memberi motivasi yang sangat besar atau bawalah mereka dalam acara-acara pengajian. Sehingga shalat menjadi kebiasaan anak yang tidak akan ditinggalkan lagi.

Selanjutnya sang anak akan terbiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban lain, bahkan lebih jauh dari itu mereka akan menyukai melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, memiliki sikap yang baik terhadap orang lain, selalu berusaha menjauhi hal-hal yang diharamkan.

Jangan lupa agar anak sedini mungkin diajarkan untuk membenci perbuatan-perbuatan tercela. Karena kalau hal-hal penting itu terlambat diajarkan maka akan sulit bagi kita untuk mengajarkannya.