پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNGKAR

AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNGKAR

Amar makruf adalah memerintahkan kebaikan dan nahi mungkar adalah melarang perbuatan buruk. Amar makruf dan nahi mungkar adalah salah satu kewajiban penting dalam Islam. Terwujudnya sebagian hal yang di wajibkan dan ditinggalkannya banyak hal yang diharamkan bergantung pada pelaksanaan kewajiban ini. Oleh karena itu, banyak ayat dan riwayat yang menekankan amar makruf dan nahi mungkar.

Al-Quran mengatakan, Di antara kalian harus ada umat yang menyeru manusia kepada perbuatan baik dan melakukan amar makruf serta nahi mungkar. Mereka adalah orang-orang yang beruntung. [314]

(Luqman berkata kepada anaknya,”) Wahai anakku! Tegakkan shalat dan lakukanlah amar makruf dan nahi mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu di jalan ini. Sesungguhnya amalan ini adalah perkara yang penting. [315]

Kalian adalah umat terbaik yang muncul dari kalangan manusia, kalian melakukan amar makruf dan nahi mungkar serta beriman kepada Allah. [316]

Muhammad bin Umar berkata, “Aku mendengar Imam Ridha as mengatakan, ‘Kalian harus melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Bila tidak, orang-orang jahat akan menguasai kalian. Pada saat itu, orang-orang yang baik di antara kalian akan memanjatkan doa, namun doa mereka tidak dikabulkan.’” [317]

Muhammad bin Arafah meriwayatkan, “Aku mendengar Imam Ridha as menukil sabda Rasul saw, ‘Bila umatku saling melempar tanggung jawab amar makruf dan nahi mungkar ke pundak lainnya dan meninggalkannya, mereka harus bersiap ditimpa peristiwa-peristiwa yang menyakitkan.’” [318]

Hudzaifah meriwayatkan sabda Rasul saw, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya! Kalian harus melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Bila tidak, Allah akan menurunkan azab atas kalian sehingga bila kalian berdoa kepada-Nya, Dia tidak akan mengabulkan doa kalian.” [319]

Abu Said al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasul saw bersabda, “Jihad terbesar adalah mengucapkan kebenaran di hadapan penguasa zalim.” [320]

Jabir menukil ucapan Imam Baqir as yang berbunyi, “Pada akhir zaman, akan muncul sekelompok orang riya yang gemar membaca al-Quran, zuhud dan beribadah, namun mereka bodoh dan pandir. Mereka tidak menganggap amar makruf dan nahi mungkar sebagai suatu kewajiban kecuali bila mereka aman dari bahaya dan kerugian. Mereka mencari-cari alasan untuk meninggalkan kewajiban itu dan mengikuti kesalahan para ulama serta perbuatan buruk mereka. Mereka hanya memerhatikan shalat, puasa dan ibadah-ibadah yang tidak akan membahayakan jiwa dan harta mereka. Andai shalat merugikan harta dan jiwa mereka, niscaya mereka akan meninggalkannya sebagaimana mereka meninggalkan kewajiban terbesar dan termulia (amar makruf dan nahi mungkar).

Amar makruf dan nahi mungkar adalah kewajiban besar yang kewajiban lainnya terlaksana dengannya. Bila orang-orang meninggalkannya, mereka akan ditimpa murka Allah dan azab akan diturunkan kepada mereka. Maka, orang-orang baik akan hancur di rumah orang-orang jahat dan anak-anak akan binasa di rumah orang-orang tua. Amar makruf dan nahi mungkar adalah jalan para nabi as dan orang-orang saleh. Ia adalah kewajiban agung yang kewajiban lainnya terlaksana dengannya. Berkat amar makruf dan nahi mungkar, jalan-jalan menjadi aman, mata pencaharian menjadi halal, hak yang dirampas kembali kepada yang berhak, bumi menjadi makmur, musuh dihancurkan dan semua pekerjaan dilakukan dengan baik.

Maka, bencilah kemungkaran dengan hati kalian dan lakukan amar makruf dan nahi mungkar dengan lisan kalian. Sungkurkan hidung para pelaku kemungkaran ke tanah dan jangan takut celaan orang lain saat berjuang di jalan Allah. Bila mereka sadar dan kembali kepada kebenaran, jangan usik mereka lagi, karena amar makruf dan nahi mungkar hanya diberlakukan bagi orang-orang yang bertindak zalim dan berbuat kerusakan di muka bumi serta akan ditimpa azab pedih. Lawanlah mereka dan bencilah mereka dengan hati kalian. Tujuan kalian dari hal ini adalah ridha Allah, bukan mencari kekuasaan, harta atau menzalimi orang lain. Teruslah berjuang sampai mereka menerima kebenaran dan menaati Allah.” [321]

Dari sini, bisa diketahui bahwa amar makruf dan nahi mungkar adalah bagian dari hukum dan taklîf penting yang sangat ditekankan Islam. Hal ini adalah salah satu keistimewaan umat Islam, karena selain menjaga diri mereka dari dosa, mereka juga melindungi orang lain dari kesalahan.

`Alakulli hal, Muslimin bertugas untuk saling mengawasi satu sama lain, menyeru satu sama lain kepada perbuatan baik dan mencegah mereka dari perbuatan buruk. Bila kontrol bersama ini dilakukan dengan baik, komunitas Islam akan terlindung dari noda kezaliman dan degradasi moral serta menuju kesempurnaan dan akhlak mulia.

Al-Quran mengatakan, Sebagian pria dan wanita mukmin memegang kendali urusan sebagian yang lain dan melakukan amar makruf dan nahi mungkar. [322]

Karena itulah, semua Muslim harus berusaha memperkuat iman, mengenal tugas masing-masing, menyebarkan norma-norma Islam, melaksanakan tugas individu dan sosial, mencegah kerusakan moral dan sosial dan tidak melangkahi hak orang lain, sehingga dapat mewujudkan umat terbaik di dunia yang menjadi suri tauladan umat lain.

Selain itu, Islam juga menugaskan para pengikutnya untuk menjadi umat wasath (tengah/netral) dan menyeru umat manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan. Islam mewajibkan mereka memerangi kemusyrikan, kekufuran dan materialisme dan mengajak umat manusia menuju tauhid dan keadilan sosial.

Al-Quran mengatakan, Allah mengutus rasul-Nya dengan membawa hidayah dan agama yang lurus untuk memenangkan Islam di atas semua agama, walau orang-orang musyrik tidak menyukainya. [323]

Orang-orang yang bila Kami berikan mereka kekuasaan di muka bumi, mereka akan menegakkan shalat, memberi zakat dan melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Sesungguhnya akhir semua pekerjaan ada di tangan Allah. [324]

Begitulah Kami menjadikan kalian sebagai umat wasath supaya kalian menjadi saksi atas manusia dan rasul menjadi saksi atas kalian. [325]

Oleh karena itu, membimbing umat manusia adalah suatu tanggung jawab besar yang pelaksanaannya memerlukan persiapan maksimal dan mukadimah tertentu. Berikut adalah sebagian mukadimah pelaksanaan tugas penting ini:

1. Mengenal kebaikan dan kemungkaran dengan baik.

2. Mengetahui kondisi politik, ekonomi, sosial, agama dan moral umat manusia.

3. Mengetahui agama, mazhab, adat dan keyakinan umat manusia.

4. Mempersiapkan satelit-satelit komunikasi dalam rangka membimbing umat manusia dengan menggunakan berbagai bahasa.

5. Mempublikasikan koran dan majalah ilmiah-keagamaan dengan berbagai bahasa.

6. Menulis dan menerjemahkan buku-buku yang diperlukan berikut mendistribusikannya ke seantero dunia.

7. Mendidik para mubaligh yang menguasai masalah-masalah keislaman dan bahasa-bahasa asing dan mengirim mereka ke seluruh penjuru dunia.

8. Mendirikan suatu pusat dan organisasi penyebaran budaya Islam di dunia yang dilengkapi anggaran dan fasilitas memadai.


Tingkatan-tingkatan Amar Makruf dan Nahi Mungkar

Amar makruf dan nahi mungkar dilakukan dalam beberapa tahap dan bentuk:

Tahap pertama: Menentang perbuatan mungkar dengan hati. Bila seorang Muslim melihat seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia harus membenci perbuatan ini dengan hati dan menunjukkan kebenciannya, karena ada kemungkinan orang tersebut akan sadar sehingga tahap-tahap selanjutnya tidak diperlukan.

Tahap kedua: Memerintah dan melarang dengan lisan. Dalam tahap ini, si Muslim memerintahkan si pelaku untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan. Terlebih dahulu dengan cara halus dan bila tidak berpengaruh, dengan suara lebih keras dan serius. Bila masih belum berhasil, maka ia harus mengecam dan mencelanya. Bila tidak ada pengaruhnya, harus disertai ancaman.

Tahap ketiga: Menggunakan kekuatan dan kekerasan. Tahap akhir amar makruf dan nahi mungkar dilakukan secara fisik yang akhirnya berujung pada kekerasan. Itupun memiliki tingkatan lemah, sedang dan keras. Tentu, ini dengan syarat tidak ada hak yang ditindas.

Tujuan amar makruf dan nahi mungkar adalah menyelamatkan dan mensterilkan masyarakat dari kemaksiatan dengan segala cara yang mungkin dilakukan.

Tentu, hukuman yang lebih keras bisa digunakan dalam rangka amar makruf dan nahi mungkar, seperti pemberlakuan hudud (hukuman) syar`i, qishash dan ta`zir, tapi tahap-tahap ini adalah tanggung jawab pihak berwenang dan kepolisian pemerintahan Islam. [326]


Kondisi Muslimin dan Tanggung Jawab Kita

Walau jumlah Muslimin sedunia mencapai lebih dari satu milyar dan mereka hidup di salah satu titik geografis yang penting dari sisi kekayaan alam dan sumber daya manusia, memiliki peradaban dan kebudayaan dan selama berabad-abad berkuasa di dunia, namun sayang mereka kehilangan kekuasaan dan posisi secara bertahap hingga sampai pada kondisi menyedihkan terkini. Berikut ini sebagian dari kondisi memilukan umat Islam di dunia:

Meski Islam menyebut Muslimin sebagai satu umat, namun sayangnya, disebabkan kebodohan, fanatisme kesukuan dan ras, egoisme dan konspirasi musuh, mereka terpecah menjadi negara-negara besar dan kecil yang tidak memiliki persatuan.

Di negara-negara yang terpecah belah ini, Islam tidak memiliki otoritas, bahkan penguasa setiap negara menyerahkan manajemen negaranya kepada pemerintahan sekular dan musuh-musuh Islam.

Kekuatan-kekuatan arogan dan kafir menguasai negara-negara Muslim dan memegang kendali semua urusan mereka. Mereka mengintervensi masalah-masalah internal seperti politik, ekonomi, sains, industri, perundang-undangan, pertanian, peternakan, budaya dan seni, kemiliteran, bahkan masalah keagamaan dan kemazhaban serta membuat Muslimin bergantung sepenuhnya kepada mereka.

Mereka mengeksploitasi sumber-sumber daya alam negara-negara Muslim sesuka hati dan menjejali mereka dengan barang-barang mewah yang tak diperlukan hingga menjadikan Muslimin sebagai konsumen tetap produk-produk mereka.

Mereka membuat negara-negara Muslim saling mencurigai satu sama lain dan memecah belah mereka. Dalam jangka waktu tertentu, mereka mengadu domba negara-negara Muslim hingga mereka terpaksa mengkonsumsi senjata-senjata buatan orang-orang kafir dan menerima mereka sebagai pengayom. Berikutnya, mereka mendirikan markas militer di negara-negara Muslim, mengadakan kesepakatan pertahanan bersama, kemudian melakukan manuver militer bersama.

Yang patut disesalkan, sebagian besar negara-negara Muslim ditimpa penyakit ini. Secara langsung atau tidak, mereka berada di bawah naungan salah satu negara-negara arogan dan kafir. Bahkan, kadang mereka membanggakan hal ini.

Di pihak lain, negara-negara Muslim bersikap acuh satu sama lain. Tidak ada hubungan persahabatan dan kerjasama antara mereka. Alih-alih saling mempercayai, mereka malah menaruh kepercayaan kepada musuh-musuh Islam dan bekerjasama dengan mereka.

Sebagian besar penguasa negara-negara Muslim adalah orang-orang yang telah menjual diri mereka kepada pihak asing. Mereka tidak hanya tak membela Islam dan norma-normanya, tapi menghalangi segala gerakan Islami (atau yang lazim disebut fundamentalisme Islam) dengan kekuatan sepenuhnya; seakan-akan yang berkuasa adalah orang-orang kafir dan kaum arogan yang kejam.

Konspirasi musuh dan ketidakpedulian negara-negara Muslimlah yang akhirnya menyebabkan tanah Palestina dan Mesjid al-Aqsha direbut kaum Zionis dan diduduki hingga sekarang. Para pemimpin negara-negara kafir melengkapi mereka dengan senjata-senjata pemusnah yang mematikan dan menjadi ancaman serius bagi dunia Islam. Eksistensi mereka juga didukung sepenuhnya oleh arogansi dunia.

Salah satu bukti terkuat permusuhan arogansi dunia terhadap Islam adalah invasi Amerika ke negara-negara Muslim dan pembantaian rakyat tak berdosa serta menelantarkan mereka. Di saat yang sama, mereka mengklaim sebagai pemimpin perang anti-terorisme.

Inikah arti peradaban dan pembelaan HAM?!

Contoh lain adalah agresi kaum arogan ke negara Afghanistan dan Irak yang hingga sekarang masih berlanjut dan telah menewaskan ratusan ribu korban jiwa.

Kengototan Barat untuk mengekspor budaya amoralnya ke negara-negara Muslim dan menghabiskan anggaran besar di jalan ini serta memotivasi para penulis bayaran untuk menyebarkan buku-buku anti-Islam dan membela mereka atas nama kebebasan berpendapat, adalah bukti lain atas substansi anti-Islam dan konspirasi mereka untuk melenyapkan Islam.

`Alakulli hal, musuh-musuh agama telah menunjukkan kebencian mereka kepada Islam dan Muslimin semenjak zaman Rasul saw sampai sekarang, hingga di masa kini mereka lebih padu dan serius memerangi Islam. Demi mencapai tujuan, mereka tak segan menggunakan jalan politik, ekonomi, budaya, seni, sains, militer, kriminal dan pembantaian, karena mereka menghadapi kebangkitan umat Islam dan merasakan bahaya.

Kondisi memilukan dunia Islam akan menyedihkan hati orang merdeka dan mengusik setiap nurani.

Sekarang, pertanyaan-pertanyaan yang terlontar adalah:

Apakah Rasul saw rela dengan kondisi semacam ini?

Kenapa kita bisa seperti ini?

Apakah solusi masalah ini?

Tanggung jawab siapakah ini?

Jawaban lengkap terhadap pertanyaan-pertanyaaan di atas memerlukan penjelasan panjang lebar, namun kami di sini akan memberi jawaban secara ringkas:


Apakah Rasul saw Rela dengan Kondisi Semacam Ini?

Tidak ada seorang Muslim pemikir manapun yang meragukan bahwa Rasul saw tidak rela melihat kondisi umatnya sekarang. Bagaimana mungkin beliau rela umatnya berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir dan arogan? Atau negara-negara Islam dirampas musuh dan para penghuninya terlantar begitu saja? Bagaimana mungkin beliau senang melihat umatnya menyerahkan kekayaan alamnya kepada musuh dengan harga murah, kemudian mereka terpaksa mengemis untuk bantuan dan hutang yang tak seberapa? Apakah beliau menyetujui sikap sebagian negara Muslim yang membiarkan rakyatnya kelaparan dan malah berlomba-lomba mengoleksi senjata pemusnah dan kadang menggunakannya menginvasi negara Muslim tetangganya?

Tidak! Rasul saw jelas tidak rela melihat kondisi umat yang hina dina ini dan tidak suka melihat mereka menanggung situasi ini.


Kenapa Kita Bisa Seperti Ini?

Kita terpuruk dalam kondisi ini karena tidak mengamalkan perintah Islam dan al-Quran, padahal al-Quran telah menyebut Muslimin sebagai satu umat dan berkata, Berpeganglah kalian dengan tali Allah (Islam dan al-Quran) dan jangan bercerai berai. [327]

Taatilah Allah dan rasul-Nya dan jangan bertikai satu sama lain hingga kalian menjadi lemah dan wibawa kalian hilang. Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang penyabar. [328]

Allah tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk merugikan orang-orang beriman. [329]

Orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir, bukan mukminin, sebagai teman, apakah mereka menginginkan kemuliaan di sisi mereka, padahal seluruh kemuliaan ada di sisi Allah. [330]

Yang disayangkan, Muslimin malah menjalin persahabatan dengan orang-orang kafir dan membuka jalan bagi mereka untuk berkuasa.

Al-Quran juga berkata, Wahai orang-orang yang beriman! Jangan berteman dengan orang-orang kafir sebagai ganti mukminin, apakah kalian ingin menciptakan kekuasaan yang akan membahayakan kalian? [331]

Wahai orang-orang yang beriman! Jangan jalin persahabatan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah teman satu sama lain dan bila di antara kalian ada yang berteman dengan mereka, ia akan dianggap bagian dari mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang zalim. [332]

Namun, Muslimin mengabaikan perintah al-Quran yang sangat gamblang ini dan menjalin persahabatan dengan musuh bebuyutan Islam serta bekerjasama dengan mereka di bidang militer ekonomi, budaya dan politik.

Al-Quran mengatakan, Bila orang-orang musyrik serentak menyerang kalian, balas serangan mereka dengan serentak. Ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang bertakwa. [333]

Perangilah para pemimpin kaum kafir yang melanggar janji supaya mereka menghentikan perbuatan mereka. [334]

Namun, Muslimin malah meninggalkan kewajiban jihad dan memproritaskan kehidupan hina ketimbang jihad dan syahadah di jalan Allah. Alih-alih berjihad, mereka malah menjalin persahabatan dengan musuh.

Al-Quran juga mengatakan, Hendaknya ada sekelompok dari kalian yang menyeru manusia kepada kebaikan dan melakukan amar makruf dan nahi mungkar. Mereka adalah orang-orang yang beruntung. [335]

Tapi, Muslimin mengacuhkan perintah amar makruf dan nahi mungkar. Akibatnya, para pemimpin zalim berkuasa atas mereka sehingga berdampak pada kemunculan dekadensi moral dan sosial.

Selain itu, kita meninggalkan banyak kewajiban agama dan insani hingga kita tertimpa musibah ini. Maka itu, kondisi sekarang adalah buah ketidakpedulian kita sendiri.

Abu Hurairah meriwayatkan, “Aku mendengar Rasul saw bersabda kepada Tsauban, ‘Wahai Tsauban! Apa yang akan kau lakukan saat bangsa-bangsa lain saling bekerjasama untuk berkuasa atas kalian?’ Tsauban bertanya, ‘Apakah ini disebabkan sedikitnya jumlah kami?’ Rasul saw menjawab, ‘Tidak, jumlah kalian sangat banyak di masa itu, namun itu disebabkan kelemahan dan kelembekan yang memenuhi hati kalian.’ Tsauban bertanya kembali, ‘Wahai Rasulullah! Apa yang Anda maksudkan dengan kelemahan kami?’ Beliau menjawab, ‘Cinta dunia dan benci berperang (di jalan Allah).’” [336]

Rasul saw bersabda, “Selama dua kelalaian tidak muncul di tengah kalian, Allah tetap memberi petunjuk kepada kalian. Keduanya adalah mabuk kebodohan dan mabuk cinta dunia. Selama kalian tidak ditimpa dua penyakit ini dan masih melakukan amar makruf dan nahi mungkar serta berjihad di jalan Allah, kalian masih mendapat bimbingan-Nya. Namun, bila kalian sudah cinta dunia, meninggalkan jihad dan amar makruf dan nahi mungkar, akan muncul golongan yang berpegang dengan al-Quran dan Sunnahku serta menyeru manusia kepada keduanya. Kedudukan mereka seperti orang-orang yang pertama beriman dari kalangan Muhajirin dan Anshar.” [337]

Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasul saw, “Lakukanlah amar makruf dan nahi mungkar. Bila tidak, Allah akan menjadikan orang-orang jahat berkuasa atas kalian. Bila itu terjadi, orang-orang baik akan berdoa, tapi doa mereka tidak akan terkabul.” [338]


Apa Solusi Masalah Ini?

Satu-satunya solusi masalah ini adalah kita harus kembali kepada Islam yang hakiki., menyemarakkan norma-norma orisinil pembangkit semangat di tengah-tengah kita, menyeru Muslimin yang tercerai berai kepada persatuan, menghidupkan logika jihad, syahadah, amar makruf dan nahi mungkar, memerangi kaum thaghut, menutup jalan kekuasaana pihak asing di negara-negara Muslim dan bersungguh-sungguh mencapai kemerdekaan dan swasembada di segala bidang.

Tentu, sangat sulit mencapai tujuan final ini dalam kondisi terkini. Perlu ada pengorbanan, syahadah, menahan siksaan dan pemboikotan dari pihak musuh, namun ini adalah satu-satunya solusi. Kita harus melangkah dengan niat ikhlas dan yakin bahwa Allah akan membantu kita, Bila kalian menolong (agama) Allah, maka Dia akan menolong kalian dan meneguhkan langkah kalian.

Amirul Mukminin as berkata, “Bila kalian ditimpa musibah besar, gunakan harta kalian untuk menjaga nyawa kalian dan bila ada bencana menimpa agama kalian, berikan jiwa kalian untuk membelanya. Ketahuilah bahwa orang binasa adalah yang kehilangan agamanya, orang kecurian adalah yang keyakinan dan agamanya dirampas. Ketahuilah bahwa dengan surga, kefakiran tidak ada artinya dan dengan neraka, kekayaan apapun tidak akan berarti; itu (neraka) adalah tempat yang tawanannya tidak akan bisa lolos dan yang sakit di sana tidak akan terobati.” [339]


Tanggung Jawab Siapa?

Semua Muslim bertanggung jawab, karena membela agama adalah kewajiban yang bersifat kolektif. Siapapun dan dalam kondisi apapun harus membantu terwujudnya tujuan ini. Namun, para pemikir, reformis, fukaha, dan ulama memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Mereka harus mengajak umat menuju persatuan, menghidupakn norma-norma Islam yang dilupakan, membongkar konspirasi musuh, memegang kendali kepemimpinan umat dan memobilisasi Muslimin untuk membela Islam dan menegakkan hukum-hukum Allah. Mereka sendiri harus memulai pergerakan dan membawa umat beserta mereka.

Amirul Mukminin as berkata, “Demi Allah yang membelah biji-bijian dan menciptakan manusia! Andai bukan karena rombongan yang datang berbaiat sehingga hujjah telah disempurnakan bagiku, dan andai bukan karena janji ulama kepada Allah untuk tidak rela membiarkan orang zalim kekenyangan dan orang papa kelaparan, niscaya aku telah melepaskan kendali unta kekhilafahan dan meletakkannya di punuknya serta membiarkannya bebas pergi.” [340]

Imam Husain as juga berkata, “Kendali segala urusan dan hukum harus ada di tangan para ulama Ilahi, karena mereka adalah orang yang dipercaya mengemban amanah halal dan haram dari Allah. Kalian sendiri yang kehilangan maqam kalian. Maqam ini tidak akan diambil dari kalian kecuali setelah kalian bercerai dari kebenaran dan berselisih dalam Sunnah Nabi setelah hujjah sempurna atas kalian. Andai kalian bersabar terhadap semua gangguan dan menahan segala kesulitan di jalan Allah, niscaya perkara-perkara yang berkaitan dengan agama Allah akan masuk kepada kalian, keluar dari kalian dan akan dikembalikan kepada kalian.

Namun, (dikarenakan kelembekan kalian dalam tugas) kalian menempatkan orang-orang zalim di posisi kalian dan menyerahkan kendali perkara Allah kepada mereka sehingga dengan mereka bebas melakukan syubuhat dan mengejar hawa nafsu. Ya, larinya kalian dari kematian dan cinta kalian terhadap dunialah yang menyebabkan orang zalim berkuasa atas kalian. Kalian pula yang menyerahkan orang-orang lemah ke tangan mereka sehingga sebagian diperbudak dan yang lain dipaksa mengemis demi sesuap makanan. Orang-orang ini mengatur negara sesuka hati mereka dan bersikap kurang ajar di hadapan Yang Mahakuasa.” [341]

Ya, para ulama harus memegang kepemimpinan umat dan mengibarkan bendera pembelaan terhadap Islam dan nilai-nilainya di dunia. Bila jihad kolektif ini telah dimulai, kita bisa berharap bahwa dengan rahmat Allah, umat Islam kembali mendapatkan kewibawaan dan posisi yang patut baginya di dunia.

Alhamdulillah, tanda-tanda kebangkitan Islam mulai disaksikan di berbagai penjuru dunia dan ini adalah berkah yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

 

314. QS. Ali Imran:104.
315. QS. Luqman:17.
316. QS. Ali Imran:110.
317. Al-Kâfî, 5/56.
318. Ibid.,
319. Al-Jâmi` ash-Shahîh, 4/468.
320. Ibid., 481.
321. Al-Kâfî, 5/55.
322. QS. at-Taubah:71.
323. Ibid., 33.
324. QS. al-Hajj:41.
325. QS. al-Baqarah:143.
326. Untuk lebih mengetahui perincian masalah-masalah amar makruf dan nahi mungkar, syarat dan tahap-tahapnya, silahkan merujuk buku-buku fikih dan hadis.
327. QS. Ali Imran:102.
328. QS. al-Anfal:46.
329. QS. an-Nisa:41.
330. Ibid., 139.
331. Ibid., 144.
332. QS. al-Maidah:51.
333. QS. at-Taubah:26.
334. Ibid., 12.
335. QS. Ali Imran:104.
336. Majma` az-Zawâid, 7/287.
337. Ibid., 270.
338. Ibid., 266.
339. Wasâil asy-Syî’ah,16/192.
340. Nahj al-Balâhah, khotbah 3.
341. Tuhaf al-`Uqûl, 242.