پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

Wahyu (Ucapan Ilahi) dalam Perjanjian Lama Yahudi

Wahyu (Ucapan Ilahi) dalam Perjanjian Lama Yahudi

 

Kata wahyu banyak diulang dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh, “Ucapan ilahi. Firman TUHAN tentang Israel: Demikianlah firman TUHAN yang membentangkan langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia.”[210]

“Ucapan ilahi. Firman TUHAN kepada Israel dengan perantaraan Maleakhi.

"Aku mengasihi kamu," firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?"[211]

“Ucapan ilahi tentang Niniwe. Kitab penglihatan Nahum, orang Elkosh. 1:2. TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas,…’”[212]

“Ucapan ilahi terhadap Damsyik. Sesungguhnya, Damsyik tidak akan tetap sebagai kota, nanti menjadi suatu timbunan reruntuhan;’”[213]

“Ucapan ilahi terhadap Mesir. Lihat, TUHAN mengendarai awan yang cepat dan datang ke Mesir, maka berhala-berhala Mesir gemetar di hadapan-Nya, dan hati orang Mesir, merana hancur dalam diri mereka.’”[214]

“Ucapan ilahi tentang Moab. Sungguh, dalam suatu malam Ar-Moab sudah dirusakkan, dibinasakan; sungguh, dalam suatu malam Kir-Moab sudah dirusakkan, dibinasakan!’”[215]

“Wahyu Tuhan mengenai Tirus, ‘Merataplah hai kapal-kapal Tarsis, sebab Tirus sudah rusak  sehingga tiada lagi rumahmu dan pangkalanmu!’”[216]  

“Kemudian berkatalah Yehu kepada Bidkar, perwiranya, ‘Angkat dan lemparkanlah mayatnya ke kebun Nabot, orang Yizreel itu, sebab ketahuilah bahwa pada saat aku dan engkau berdampingan menunggang kuda mengikuti Ahab, ayahnya, maka Tuhan telah mengucapkan terhadap dia hukuman ini. Sesungguhnya aku telah melihat darah Nabot dan  darah putra-putranya tadi malam, demikianlah firman Tuhan, maka aku akan membalaskannya di kebun ini, demikianlah firman Tuhan. Oleh sebab itu, angkat dan lemparkanlah mayatnya di kebun ini, sesuai dengan fiman Tuhan.’”[217]

 

Wahyu Bahasa

Dari sebagian ayat-ayat kitab Perjanjian Lama dapat diketahui bahwa wahyu Tuhan pada Musa dan nabi-nabi lainnya adalah wahyu secara bahasa. Kata-kata dan kalimat seperti: kalam Tuhan, Tuhan berfirman, dan Tuhan berbicara, Tuhan berkata, kalian mendengar kalam Tuhan, dan kalam Tuhan diturunkan kepadaku, Tuhan berbicara pada Musa, kelak berbicara denganmu, dan kalimat-kalimat lainnya yang serupa, banyak diulang-ulang.

“Lalu berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah kobaran api; suara kata-kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara.”[218]

“Berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.”[219]

“Ucapan Ilahi. Firman TUHAN datang atas negeri Hadrakh dan berhenti di Damsyik.”[220]

“Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri.”[221]

“Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."[222]

“Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Kumpulkanlah di hadapan-Ku dari antara para tua-tua Israel tujuh puluh orang, yang kauketahui menjadi tua-tua bangsa dan pengatur pasukannya.”[223]

“Firman yang datang kepada Yeremia dari TUHAN, bunyinya: "Dengarlah perkataan-perkataan perjanjian ini dan sampaikanlah itu kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem!’”[224]

“Maka di sana kekuasaan Tuhan meliputi aku dan Ia berfirman kepadaku, ‘Bangunlah dan pergilah ke lembah, di sana Aku akan berbicara dengan engkau.”[225]

Dan ratusan ayat lainnya yang serupa yang memberikan gambaran bahwa wahyu Tuhan kepada Musa dalam bentuk takallum (pembicaraan).

Dalam Talmud disebutkan, “Syaludeh dan dasar keimanan cendikiawan-cendikiawan Yahuda bahwa Tuhan berkehendak dan menginginkan dirinya dengan perantara juru bicara yang disebut para nabi memberi pengetahuan kepada masyarakat.”[226]

 

Malaikat Wahyu

Di sebagian ayat dalam kitab Taurat juga menyebutkan nama malaikat. Sebagai contoh, “Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu, lalu dibangunkannya aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya... Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu, ‘Apakah arti semuanya ini, tuanku?" Maka berbicaralah malaikat yang berbicara dengan aku itu, katanya kepadaku: "Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini?" Jawabku: "Tidak, tuanku!" Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”[227]

“Sebab malaikat-Ku akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka.”[228]

“Dialah malaikat yang membebaskanku dari setiap keburukan dan memberikan keberkahan pada dua anak ini.”[229]

“Sedang Aku, Daniel melihat penglihatan itu dan berusaha memahaminya, maka tampaklah seorang berdiri di depanku, yang rupanya seperti seorang laki-laki. Dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru, ‘Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!’”[230]

“Sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang pernah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku, ‘Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti.’”[231]

 

Tujuan Wahyu dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama disebutkan dua tujuan penting dari wahyu. Tujuan pertama adalah menyampaikan hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban syariat. Tujuan kedua, penyelamatan bani Israel dari Firaun dan pengikut-pengikutnya.

Disebutkan, “Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu. Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu yang kusampaikan kepadamu.”[232]

“Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri yang akan kamu masuki untuk mendudukinya.”[233]

“Dan Ia memberitahukan kepadamu perjanjian yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukannya, yakni Kesepuluh Firman dan Ia menuliskannya pada dua loh batu. Dan pada waktu itu, aku diperintahkan TUHAN untuk mengajarkan kepadamu ketetapan dan peraturan supaya kamu melakukannya di negeri, kemana kamu pergi untuk mendudukinya. Hati-hatilah sekali—sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api.”[234]

“Dan Tuhan berfirman: ‘Aku telah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir…”[235]

“R0h TUHAN Allah ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang yang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati.” [236]

 

Kondisi Wahyu dalam Perjanjian Lama

Dalam menjelaskan tentang kondisi wahyu berupa firman seperti tajalli Tuhan, terlihat penyingkapan Tuhan. Dalam Perjanjian Lama disebutkan, “Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar. Allah kita akan datang dan tidak akan berdiam diri.”[237]

“Tetapi TUHAN telah menyatakan kepada Samuel, sehari sebelum kedatangan Saul, demikian. ‘Besok, kira-kira waktu ini Aku akan menyuruh kepadamu seorang laki-laki dari tanah Benyamin; engkau akan mengurapi dia menjadi raja atas umat-Ku Israel.”[238]

“Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman, ‘Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak.”[239]

“Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku keluar dengan perantara Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang belulang.”[240]

“Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamai tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ.”[241]

Dari sebagian ayat dapat disimpulkan bahwa wahyu atau firman Tuhan diberikan dengan bahasa nabi dan Tuhan berbicara dengannya dengan bahasa tersebut. Dijelaskan, “Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.”[242]  

“Roh TUHAN berbicara dengan perantaraku, firman-Nya ada di lidahku.”[243]

“Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik. Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.”[244]   

“Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku, TUHAN berfirman kepadaku: ‘Sesungguhnya Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.’”[245]

 

Kejadian Luar Biasa Ketika Wahyu Turun

Dari sebagian ayat kitab suci, kita dapat mengetahui bahwa pada saat pewahyuan terjadi peristiwa luar biasa. Disebutkan: “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sambung menyambung, sangkakala berbunyi, dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka berkata pada Musa, ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan. Tetapi janganlah Tuhan berbicara dengan kami, nanti kami mati.’”[246]

“Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap karena TUHAN turun ke atasnya dalam api, asapnya membumbung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.”[247]

 

Syarat Kelayakan dalam Pewahyuan

Dalam Talmud disebutkan, “Satu pandangan yang menjadi perhatian dan dikuatkan oleh para filosof Yahudi di masa mendatang mengisahkan bahwa kenabian bukanlah sebuah hadiah dari Tuhan yang sekehendak hati-Nya memberikannya pada sejumlah orang melainkan merupakan batas tertinggi kelayakan dan kesiapan akal serta kemampuan berpikir yang dapat dicapai oleh manusia.” Dalam Talmud juga disebutkan, “Tahapan-tahapan yang sangat beragam untuk mencapai maqam kenabian dapat kita sebutkan dalam beberapa poin berikut. Kecerdasan dan kejeniusan melahirkan kebersihan bagi manusia. Kebersihan menghasilkan kesucian dan kesucian menyebabkan terjadinya keterjagaan. Keterjagaan memberikan kekudusan bagi manusia. Kekudusan menyebabkan seorang manusia bertawadhu’ atau rendah hati. Kerendahan hati menimbulkan ketakutan untuk berbuat salah dalam hati manusia. Ketakutan berbuat salah menyebabkan perlindungan dan beragama. Beragama menyebabkan seseorang memiliki Ruh Kudus.” (Misyena Sutha, 9:15)

Selain dari kondisi moralitas seperti yang telah disebutkan di atas terdapat pula beberapa syarat lainnya untuk bisa mencapai tingkatan kenabian dan merupakan syarat yang lazim dan mendasar. “Zat suci Tuhan tidak akan turun karena keserasiannya kecuali pada orang-orang yang memiliki hati, kaya, pintar, dan rendah hati.”

“Keserasian tidak akan terjadi kecuali pada manusia yang berakal, cendikia, memiliki hati, kaya, dan berhati luas.” (Sabat, 1:92)

Selain itu, penyimpangan dari nilai-nilai moral berakibat kenabian akan terangkat dari manusia untuk selamanya atau dalam kurun waktu tertentu. “Jika seorang nabi berlaku sombong, maka kenabian akan menjauh darinya. Jika dia berbuat maksiat atau marah, maka kenabian akan meninggalkan dirinya.” (Pesyahim, 66B) [248]

 

Wahyu dan Kenabian pada Para Penyembah Berhala

Dalam Talmud disebutkan, “Sejak saat umat Israel mendapat amanat wahyu dan ilham illahi, maka sejumlah orang dari kaum tersebut dipilih oleh Allah sebagai para nabi. Akan tetapi, hal ini tidak dikhususkan untuk mereka saja. ‘Tujuh nabi bagi para penyembah berhala telah mendapat kenabian. Mereka adalah Bal’am, Ba’ura ayah Bal’am, Ayub, dan empat orang sahabatnya.’” (Beaubetra, 15B)

Keadilan Tuhan mengharuskannya mengutus utusan, juru bicara di kalangan penyembah berhala. Mengenai hal ini disebutkan dalam Injil, “Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil.”[249] Midras menafsirkan seperti ini. “Zat suci Tuhan tidak memberikan alasan apa pun bagi bangsa-bangsa di dunia sehingga kelak di dunia lain mereka dapat memprotes kepada-Nya dan berkata, ‘Engkau yang telah menjauhkan kami dari-Mu. Apa yang dilakukan-Nya?’ Sebagaimana raja-raja, para cendikia, dan para nabi diutus bagi bangsa Israel, maka orang-orang seperti mereka pun dipilih Tuhan untuk seluruh bangsa. Sebagaimana Musa diutus bagi bangsa Israel, maka Bal’am juga diutus sebagai seorang nabi di kalangan penyembah berhala (sehingga mereka mampu memberi petunjuk pada mereka ke jalan yang lurus).” (Bemidbar Riba, 20:1)

Namun, jangan pernah terbayangkan bahwa wahyu ilahi yang diturunkan bagi nabi-nabi penyembah berhala serupa dengan wahyu yang diturunkan pada nabi kaum Yahudi. Mengingat nabi-nabi orang Yahudi dari sisi keutamaan akhlak lebih tinggi, maka sebatas itu pula ketinggian maqam kenabian yang mereka miliki sebagaimana yang disebutkan dalam Taurat, Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi”[250]

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa “Zat Tuhan Yang Suci hanya pada waktu-waktu tertentu dalam sehari semalam memperlihatkan diri-Nya pada nabi-nabi penyembah berhala. Pada waktu tersebut, masyarakat sudah terpencar-pencar. Apakah perbedaan antara para nabi bani Israel dengan nabi-nabi penyembah berhala? Perumpamaannya seperti seorang raja yang duduk bersama sahabatnya di beranda kerajaan dan terdapat tabir yang memisahkan raja dan sahabatnya.

Setiap kali raja hendak berbicara dengan sahabatnya, raja harus menyingkap tirai terlebih dulu dan barulah raja berbicara dengan sahabatnya. Seperti inilah Tuhan berbicara dengan nabi-nabi bani Israel dan menampakkan diri-Nya tanpa ada penghalang. Adapun ketika Tuhan ingin berbicara dengan nabi-nabi di kalangan penyembah berhala, Tuhan tidak menyibakkan tabir-Nya tetapi berbicara dengan mereka dari balik tirai tersebut.” [251]

Kemudian juga disebutkan dalam Talmud bahwa, “Di antara nabi-nabi kaum Yahudi, Nabi Musa adalah nabi paling agung dan paling mulia. Beliau memiliki maqam sendiri.” “Apakah perbedaan antara Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya? Seluruh nabi menyaksikan cahaya keagungan Tuhan dari balik sembilan specularia sementara Nabi Musa menyaksikan cahaya ilahi dari balik satu specularia. Seluruh nabi menyaksikan cahaya tersebut di balik cermin yang kotor sementara Musa menyaksikannya dari cermin yang bening. (Vikra Riba, 1:14) Pada akhirnya, Musa lebih memahami pesan ilahi dibanding nabi-nabi lainnya dan memiliki kedekatan yang lebih pada Allah dibanding nabi-nabi lainnya.


[210] Zakharia, 12:1-2.
[211] Maleakhi, 1:1-2.
[212] Nahum, 1:1.
[213] Yesaya, 17:1.
[214] Yesaya, 19:1.
[215] Yesaya, 15:1.
[216] Yesaya, 23:1.
[217] II Raja-raja, 9: 25-26.
[218] Ulangan,  4:12.
[219] Keluaran, 3:4-6.
[220] Zakharia, 9:1.
[221] Keluaran, 6:1-2.
[222] Keluaran, 25:22.
[223] Bilangan, 11: 16.
[224] Yeremia, 11: 1-2.
[225] Yehezkiel, 3: 22.
[226] Temuan: 48: 17.
[227] Zakharia, 4:1, 4-6.
[228] Keluaran, 23:23.
[229] Temuan, 48:17.
[230] Daniel, 8:15-16.
[231] Daniel, 9:21-22.
[232] Ulangan, 4:1-2.
[233] Ulangan, 4:5.
[234] Ulangan, 4:13-15.
[235] Keluaran, 3: 7-8.
[236] Yesaya, 61: 1.
[237] Mazmur, 50: 1-3.
[238] I Samuel, 9: 15-16.
[239] Kejadian, 28: 13.
[240] Yehezkiel, 37: 1.
[241] Kejadian, 35: 7.
[242] Keluaran, 4: 15.
[243] II Samuel, 23: 2.
[244] Ulangan, 18: 17-18.
[245] Yeremia, 1:9.
[246] Keluaran, 20:18-19.
[247] Keluaran, 19:16-18.
[248] Talmud, pasal 4.
[249] Ulangan, 32:4.
[250] Penciptaan, 20:3.
[251] Talmud, pasal 4.