پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

HAJI

HAJI

Dalam Islam, haji adalah salah satu ibadah besar dan merupakan bagian dari rukun Islam. Imam Baqir as berkata, “Islam dibangun di atas lima hal, yaitu shalat, zakat, haji, puasa dan wilayah.”

Haji harus dilakukan dengan niat qurbah dan niat riya atau pamer akan membatalkannya. Ritual haji dilaksanakan pada hari-hari tertentu bulan Dzulhijjah dan diwajibkan sekali atas Muslim yang sudah memenuhi syarat istitha`ah (mampu secara fisik dan materi).

Haji adalah sebuah ibadah agung dan komprehensif yang disyariatkan dengan beberapa tujuan. Bila haji dilakukan dengan benar, maka si pelaku haji dan umat Islam akan memperoleh manfaat besar. Sebab itu, Nabi Ibrahim as diperintahkan Allah untuk menyeru orang-orang melakukan haji.

AlQuran mengatakan, Serulah manusia untuk melakukan haji supaya mereka datang kepadamu dari segala penjuru dengan berjalan kaki atau naik unta, sehingga mereka menyaksikan manfaat-manfaat bagi mereka dan menyebut nama Allah di hari-hari tertentu dan saat menyembelih ternak yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Makanlah (binatang qurban) itu dan berikan pula kepada orang-orang papa dan fakir. [286]


Mendekatkan Diri kepada Allah dan Menyucikan Jiwa

Salah satu tujuan penting haji adalah menyucikan dan membersihkan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah. Haji adalah sebuah perjalanan spiritual dimana seseorang harus menyiapkan dirinya untuk mengunjungi rumah Allah dan menghadap Tuhannya sebelum ia berangkat. Ia harus bertobat dari dosa-dosa lalunya yang menjauhkannya dari Allah, melunasi hutangnya, menyucikan hartanya dari hal haram dan hal wajib (seperti tanggungan khumus atau zakat) dan harus meminta maaf bila ia pernah menyakiti orang lain.

Setelah itu, baru ia menuju rumah Allah dan hendaknya selama perjalanan, ia harus melihat dirinya sebagai tamu Allah dan berada di hadapan-Nya. Ia melaksanakan ritual ini dengan memperhatikan hikmah-hikmahnya. Saat ia berihram di Miqat dengan mengenakan dua kain putih polos, ia membersihkan hatinya dari dosa-dosa dan keterikatan kepada duniawi. Ia mengucapkan talbiyah [287] sebagai tanda ia menerima panggilan Allah dan tidak melakukan pelanggaran selama berihram.

Dengan kondisi ini, ia menuju Baitullah al-Haram, semakin dekat sampai di sana, hatinya juga semakin dekat kepada Allah. Saat berthawaf, melakukan shalat thawaf dan berlari-lari kecil (sa`i) antara Shafa dan Marwah, ia senantiasa mengingat Allah.

Ketika wukuf di Arafah, ia mengingat saat ia akan berkumpul di padang Mahsyar untuk dihisab. Di Mina dan saat berhenti di Masy`ar, ia menyaksikan dirinya sedang bergerak menuju Allah. Saat melempar jumrah, ia juga menghujani hawa nafsunya dan setan dengan batu. Waktu menyembelih hewan kurban, ia mengingat ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail as dan demikian seterusnya hingga ritual haji berakhir. Usai haji, ia bertekad untuk tidak melakukan dosa dan menjaga kesucian seorang Haji selamanya. Pada saat itu, ia kembali ke rumahnya dengan hati tenteram, tekad kuat dan haji mabrur.

Manfaat di atas adalah salah satu perolehan haji yang terpenting dan juga disebut dalam hadis-hadis maksumin as:

Imam Shadiq as berkata, “Haji dan umrah adalah dua perniagaan akhirat. Orang yang melakukan haji dan umrah berada dekat dengan Allah. Bila ia berhasil menuntaskan ritual hajinya, dosanya akan diampuni dan bila ia mati sebelum usai, maka pahalanya ada di sisi Allah.” [288]

Beliau juga berkata, “Ketika orang-orang menempati kemah-kemah mereka di Mina, seseorang berseru, ‘Andai kalian tahu dengan siapa kalian berada, niscaya kalian yakin bahwa Allah menjaga keluarga dan harta kalian dan akan mengampuni dosa kalian.’” [289]

Dalam hadis lain dari beliau disebutkan, “Bila kau berniat melakukan haji, bersihkan hatimu dari segala hijab dan pikiran, serahkan semua urusanmu kepada Allah dan bertawakallah kepada-Nya di setiap diam dan gerakmu serta pasrahlah di hadapan qadha dan qadar Ilahi. Tinggalkan dunia dan isinya untuk orang-orang, lepaskan dirimu dari tanggungan hak orang lain, jangan berharap pada bekal, kendaraan, pengikut, masa muda dan hartamu, karena bisa jadi mereka akan menjadi bencana bagimu, sebab orang yang menginginkan ridha Allah, namun masih tetap berharap dari selain-Nya, maka Ia akan menjadikannya malapetaka bagi dirinya.  Siapkan dirimu untuk haji seakan-akan engkau tidak akan kembali lagi. Bersikap baiklah kepada orang-orang yang bersamamu dan perhatikan saat-saat menjalankan kewajiban Ilahi dan Sunnah Nabi. Jagalah etika Islami, menanggung kesulitan, kesabaran, bersyukur, saling mengasihi, kedemerwanan dan mendahulukan orang lain. Saat engkau sudah membersihkan dosamu dengan air tobat yang suci, kenakan pakaian kekhusukan (ihram) dan jauhkan dirimu dari segala hal yang menghalangimu mengingat Allah dan ketaatan kepada-Nya. Kemudian, jawablah panggilan Tuhanmu dengan ucapan labbaik yang tulus dan berpeganglah dengan tali Allah. Saat engkau berthawaf mengelilingi Baitullah bersama orang-orang Muslim lain, berthawaflah di sekeliling `arsy bersama malaikat dengan hatimu. Saat melakukan sa`i, larilah dari cengkeraman hawa nafsumu.

Ketika engkau berangkat dari Arafah menuju Mina, lepaskan dirimu dari kekuatanmu dan keluarlah dari kungkungan kelalaian serta jangan harapkan sesuatu yang tidak dihalalkan bagimu atau bukan hakmu.

Di Arafah, akuilah semua dosamu dan perbarui baiatmu dengan Allah dalam mengesakan-Nya. Dekatkan dirimu kepada Allah di Muzdalifah dan bertakwalah kepada-Nya. Waktu engkau mendaki gunung, bawalah ruhmu ke alam yang tinggi.

Saat menyembelih hewan kurban, potonglah tenggorokan hawa nafsu dan ketamakanmu. Saat melempar jumrah, hujanilah syahwat, kehinaan dan akhlak tercela dengan batu. Dengan mencukur rambutmu, hilangkan semua aib lahir dan batinmu.

Saat engkau memasuki Haram, anggap dirimu dilindungi Allah dalam mencapai tujuanmu dan siapkan dirimu untuk menghormati tuan rumahmu. Saat thawaf, bersalamanlah dengan Hajar Aswad dengan penuh ketulusan. Saat thawaf perpisahan (wada`), bebaskan dirimu dari selain Allah. Waktu engkau berdiri di gunung Shafa, bersihkan hatimu untuk bertemu dengan Tuhanmu. Saat mendaki gunung, anggap dirimu di hadapan Allah dan tetaplah setia atas janji yang telah engkau buat dengan-Nya sampai hari kiamat. Ketahuilah bahwa Allah tidak mewajibkan haji dan tidak menisbahkan ibadah lain selain haji kepada dirinya serta tidak membuat syariat bagi Nabi saw di tengah manasik haji kecuali untuk menunjukkan kepada orang-orang berakal perihal kematian, kubur, kebangkitan, kiamat, terpisahnya orang-orang yang beramal baik dari orang-orang yang beramal buruk dan masuknya penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka. [290]

Rasululah saw bersabda, “Di antara tanda diterimanya haji adalah bahwa pelakunya tidak lagi berbuat maksiat kala ia kembali ke negerinya. Bila setelah haji, ia masih melakukan dosa-dosa seperti zina, berkhianat atau lainnya, berarti hajinya tidak diterima Allah.” [291]

Dalam khotbah Ghadir, beliau bersabda, “Wahai manusia sekalian! Pergilah berhaji dengan penuh iman dan pengetahuan akan hukumnya dan jangan kembali kecuali setelah kalian bertobat dan mencabut semua dosa.” [292]


Haji: Perkumpulan Umat Islam Sedunia

Faidah kedua haji adalah hadir dalam muktamar umat Islam seluruh dunia. Ibadah haji bak sebuah kongres internasional yang diadakan tiap tahun di Haram Allah. Sekelompok Muslim dari setiap negara saling bertemu dan mengetahui kondisi politik, sosial, budaya dan ekonomi masing-masing. Mereka akan saling bertukar pendapat dalam menangani masalah mereka dan saling mengenal satu sama lain.

Sebelum ini, kami sudah menyebutkan bahwa Islam menganggap semua Muslimin sebagai satu umat yang memiliki kepentingan dan tanggung jawab bersama seperti:

1. Menyebarkan budaya orisinil Islam di antara Muslimin dan golongan lain.

2. Memerangi syirik dan berhala-berhala modern yang menganggap diri mereka berhak mengatur negara-negara Muslim.

3. Memperkuat tali persatuan mazhab-mazhab Islam.

4. Menjaga kemandirian umat Islam.

5. Memerangi arogansi musuh-musuh Islam.

6. Melindungi negara-negara Islam.

7. Membela hak-hak Muslimin.

8. Membela Islam dan melawan konspirasi anti-Islam.

9. Memerangi penyebaran budaya Barat dan dekadensi moral musuh-musuh Islam.

10. Membimbing generasi muda.

11. Membela hak-hak wanita.

12. Membela hak-hak anak-anak.

13. Membela hak-hak kaum mustadhafin dan papa.

14. Membela orang-orang tertindas.

Dan hal-hal lain yang berhubungan dengan dunia Islam.

Umat Islam dapat menjadi umat yang independen dan kuat serta mampu meperjuangkan hak-haknya bila mereka bersatu dan bersungguh-sungguh menjaga persatuan serta melaksanakan tanggung jawab mereka masing-masing. Tentu, hal yang sangat urgen dan vital ini tidak akan terwujud tanpa sebuah gerakan serasi yang universal.

Karena itu, membentuk sebuah organisasi internasional adalah sebuah keharusan bagi umat Islam; suatu organisasi yang masing-masing negara dan mazhab Islam aktif di dalamnya dan bertukar pandangan tentang masalah-masalah yang dihadapi Muslimin. Para wakil negara-negara Islam berkumpul bersama setiap tahunnya dan mengawasi segala peristiwa dunia Islam. Hal semacam ini akan lebih menonjol saat pelaksaan ibadah haji.

Bila keberadaan organisasi semacam ini menjadi suatu harga yang tak bisa ditawar bagi umat Islam, apakah ada tempat yang lebih baik dan sesuai selain Baitullah?

Al-Quran mengatakan, Rumah yang pertama dibangun untuk manusia adalah rumah yang terletak di Mekkah; rumah yang memberi berkah dan hidayah bagi alam semesta. Di sana ada tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang jelas dan maqam Ibrahim. Orang yang memasukinya berada dalam perlindungan. Mendatangi rumah itu demi Allah (haji) diwajibkan atas mereka yang mampu. Barang siapa yang kafir, hendaknya ia tahu bahwa Allah tidak membutuhkan penghuni alam semesta. [293]

Kami menjadikan Ka’bah sebagai tempat berlindung dan berkumpul bagi manusia. Jadikanlah maqam Ibrahim sebagai mushalla kalian. Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk menyucikan rumah-Ku bagi orang-orang yang berthawaf, beri`tikaf, rukuk dan sujud. [294]

Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (ibadah dan urusan) bagi manusia dan demikian pula hady dan qalaid (ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke ka'bah untuk mendekatkan diri kepada Allah, disembelih ditanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadat haji.) supaya kalian tahu bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan bumi dan Maha Mengetahui segalanya. [295]

Dalam ayat-ayat di atas, Ka’bah disebut sebagai tempat penuh berkah, hidayah bagi semesta, tempat berlindung manusia dan pusat (urusan) manusia. Berarti, Kabah adalah tempat yang paling sesuai untuk menyelenggarakan organisasi internasional umat Islam yang merupakan tempat bergantung kemandirian dan keagungan umat Islam. Sebab itu, organisasi ini harus menjadi sumber berkah, hidayah dan keamanan bagi dunia Islam.

Mendirikan organisasi semacam ini adalah salah satu manfaat haji yang terbesar. Bila para pemikir dan cendekiawan Muslim membentuk organisasi penting seperti ini, niscaya kondisi umat Islam akan jauh lebih baik dari kondisi sekarang. Sayang, organisasi semacam ini belum terbentuk dan mendirikannya dalam situasi sekarang juga sangat sulit. Alakullihal, ide ini bisa ditawarkan kepada semua pihak yang menginginkan kemaslahatan Islam dan dijadikan sebuah wacana keislaman hingga tercipta sebuah lahan bagi pembentukan organisasi dunia Islam ini.

Markas permanen Konferensi Negara-negara Islam (OKI) juga bisa dipindahkan ke Mekkah dan diupayakan supaya para anggota lebih aktif menangani masalah-masalah dunia Islam.

Dalam situasi sekarang, kita bisa memanfaatkan kesempatan ibadah haji dan menyelenggarakan berbagai pertemuan di Haramain. Bila pertemuan-pertemuan ini dilangsungkan dengan manajemen yang rapi dan koordinasi dengan pihak tuan rumah, maka kesepahaman antar-umat Islam akan terwujud.


Pertunjukan Persatuan

Faedah ketiga haji adalah keikutsertaan Muslimin dalam ritual haji dan pembaharuan baiat persatuan serta unjuk kekuatan di hadapan kekufuran dan arogansi dunia. Islam adalah agama moneteis dan tujuan terpentingnya adalah membasmi kemusyrikan. Rasul saw mendapat titah dari Allah untuk mengibarkan panji tauhid di seluruh penjuru dunia dan terus berjuang sampai penyembahan berhala dan taghut lenyap dari muka bumi. Beliau menerima risalah tanpa rasa takut dan berlepas diri dari syirik dan orang-orang musyrik secara terang-terangan. Beliau juga memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk membacakan surat at-Taubah di hadapan Muslimin yang mengunjungi Baitullah.

Al-Quran mengatakan, Pada hari Haji Akbar, Allah dan rasul-Nya mengumumkan bahwa mereka berlepas diri dari orang-orang musyrik. Bila kalian bertobat, maka itu lebih baik bagi kalian. Bila kalian tetap menentang, ketahuilah bahwa kalian tidak akan mampu mengalahkan Allah. Beritahukan kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan mendapat siksa pedih. [296]

Dengan membaca surat at-Taubah di hadapan umat, Rasul saw menyatakan bahwa dia tidak memiliki kaitan sama sekali dengan syirik dan orang-orang musyrik maupun kaum taghut. Beliau mengumumkan perang atas mereka dan menjadikannya sebagai salah satu program resmi Muslimin.

Setelah beliau wafat, tugas ini diletakkan di pundak Muslimin. Mereka bertanggung jawab untuk membela panji tauhid dan memerangi kekufuran dan arogansi musuh sampai tujuan Rasul saw tercapai.

Apakah tujuan dan nilai-nilai Rasul saw telah terwujud sehingga Muslimin merasa berhak untuk berdiam diri dan berpangku tangan? Bukankah kebanyakan penghuni bumi masih menyembah berhala? Bukankah kaum arogan dan taghut masih berkuasa dan menindas umat manusia? Apakah kaum mustadh`afin sudah memperoleh hak-hak mereka? Apakah Islam sudah sukses mengalahkan kekufuran dan arogansi musuhnya? Apakah Palestina sudah terbebas dari belenggu Israel? Apakah semua konspirasi arogansi dunia atas Islam telah berakhir? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain!

Karena itu, Muslimin harus tetap meneriakkan baraah (lepas diri) mereka dari orang-orang musyrik dan membela tauhid dengan cara apapun. Tidak ada tempat yang lebih sesuai untuk melaksanakan kewajiban ini selain Haram Allah dan markas utama tauhid yang dihadiri oleh jutaan Muslim sedunia. [297]


286. QS. al-Hajj:27-28.
287. Ucapan Labbaik allahumma labbaik—pent.
288. Al-Kâfî, 14/240.
289. Ibid., 263.
290. Mustadrak al-Wasâil, 10/172.
291. Ibid., 165.
292. Ibid., 174.
293. QS. Ali  Imran:96-97.
294. QS. al-Baqarah:13.
295. QS. al-Maidah:97.
296. QS. at-Taubah:3.
297. Haji adalah sebuah ritual ibadah yang dilakukan dengan cara khusus pada waktu tertentu. Tata cara ibadah ini berikut syarat, kewajiban dan hal-hal terkait disebutkan dalam kitab-kitab fikih, risalah amaliah atau manasik haji. Mereka yang berminat dipersilahkan merujuk ke sumber-sumber tersebut.