پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

Bagian empat Ma’ad (hari kebangkitan)

Kebangkitan

 

Semua Nabi dan kitab-kitab samawi tidak berbeda pendapat bahwa kehidupan manusia tidak akan tamat karena kematian. Setelah kehidupan di dunia ini, terdapat kehidupan lainnnya dimana manusia akan melihat balasan dari semua perbuatannya di dunia. Orang-orang yang baik kelakuannya akan menikmati hidup yang nyaman dan bergelimang dengan kenikmatan dan kebahagiaan.

Sebaliknya orang-orang yang keji dan berperilaku buruk akan merasakan kehidupan yang sulit dan menakutkan, dan disiksa dengan siksaan pedih tak terperikan. Prinsip (ma'ad ) dan kehidupan setelah kematian merupakan suatu keyakinan semua agama samawi dan siapa saja yang menerima kebenaran para Nabi , maka ia harus menerima prinsip kebangkitan. Kami akan menyebutkan dua dalil atau argumen yang sederhana untuk membuktikan kebenaran persoalan ini.


Dalil pertama


Jika kalian memperhatikan persoalan di bawah ini , maka keberadaan dan kebenaran ma'ad akan menjadi jelas untuk anda:

1. Tiada satupun perbuatan yang tiada tujuannnya, setiap orang yang melakukan suatu pekerjaan , maka ia memiliki tujuan. Tujuan (ghayah) merupakan sesuatu yang memaksa pelaku melakukannya dan ia bersungguh sungguh untuk sampai ke situ.

2. walaupun tiada suatui pekerjaan satupun yang dilakukan tanpa tujuan, namun tujuan tujuan dan motofiasi adalah tidak sama, melainkan berbeda bergantung kepada pribadi dan perbuatan perbuatannnya. Semakin pelaku itu alim dan bijaksana dan kuat, maka ia akan memiliki tujuan yang lebih tinggi dan mulia. Tujuan seorang anak kecil dalam permainannnya tidak akan pernah sejajar dengan tujuan seorang insinyur , cendekia dan para ahli.

3. Manusia setiap kali melakukan suatu pekerjaaan dan ingin menutupi kekurangannya dengan menghasilkan akibat dan hasil dari perbuatan yang dilakukannnya dan menjadi lebih sempurna, misalnya bila kita makan, hal itu dikarenakan, kita merasakan pada diri kita rasa lapar , kita makan agar rasa lapar yang merupakann kekurangan itu, kita hilangkan, akan tetapi, mengenai perbuatan perbuatan Allah hal ini tidak berlaku , karena Allah tidaklah kurang atau tidak sempurna sehingga ia perlu melakukan sesuatu pekerjaan demi menutupi atau menghilangkan kekurangannya dan menjadi lebih sempurna.

Dari itulah, haruslah dikatakan, natijah atau hasil suatu pekerjaan tidak kembali kepada dirinya sendiri melainkan kembali kepada makhluknya, tujuannnya adalah bukan untuk menjadi lebih sempurna dan mendapatkan keuntungan, melainkan adalah memberikan keuntungan dan menyempurnakan mahluknya.


Dalam syair Persia disebutkan yang artinya:

Aku tidak melakukan sesuatu perbuatan untuk aku terima keuntungan, melainkan untuk aku berikan kebaikan kepada hambaku.

4. Allah SWT menciptakan manusia dengan wujud yang terbaik dan Allah memberlakukan ribuan ketelitian dan kehalusan di bangunan wujud manusia sehingga para cendekiawan dan pakar lebih banyak meluangkan waktu untuk mengkajinya dan menyingkap rahasia rahasia yang menakjubkan. Sampai sampai dapatlah dikatakan.

Allah SWT yang bijaksana menjadikan tubuh manusia yang kecil ini sebagai miniatur dari dunia yang besar dan alam yang maha luas ditempatkan di badan yang terbatas ini. Air, tanah, udara, tumbuhan, binatang, bulan., matahari, bintang dan maujud maujud yang lainnnya diciptakan untuk memenuhi keperluan manusia.

Ribuan rahasia yang menakjubkan dan mitserius tersimpan di lubuk dunia materi agar manusia memanfaatkannya. Allah SWT mempersenjatai wujud manusia dengan kekuatan berpikir yang sangat ajib agar mnausia dapat menyingkap rahasia dunia dan memanfaatkan harta karun alam yang tersimpan dengan baik dan menundukkan alam materi.

Dengan memperhatikan persoalan tadi, kini cobalah anda berpikir, apakah dapat dikatakan, bahwa Allah yang maha bijaksana menciptakan wujud manusia yang menakjubkan dan misterius ini dan agar manusia dapat melanjutkan kehidupan, kemudian Allah menciptakan alam materi yang sangat luas ini agar manusia dapat memberdayakan dan menggunakannya ?hanyalah agar manusia hiup di dalamnya sebentar di dunia dan nikmat nikmat Allah itu agar dirubah oleh manusia ke dalam bentuk lain, kemudian dia mati dan binasa? Apabila demikian, apakah penciptaan Allah ini tidak sia sia dan tak berarti?

Akal kalian tidak akan pernah mempercayai persoalan seperti ini fam mensucikan wujud suci Tuhan yang maha bijaksana dan kuat dari perbuatan yang sia-sia.

Ketiadaan dan kebinasaan tidak dapat menjadi tujuan atau hasil dari perwujudan dan natijah kehidupan manusia, karena untuk sampai kepada tujuan, akan lebih menyempurnakan dan memberi nilai tambah kepada maujud, bukannnya mengakhiri atau menamatkan wujud itu dan mengoyakkan lembaran lembaran usianya.

Akal kita juga mengatakan, karena Allah tidak memerlukan kepada penciptaan makhluk, dan tidak menciptakannya dengan maksud mencari keuntungan dan pekerjaan yang sia sia tidak akan datang dari-Nya, maka mau tidak mau , allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan yang lebih mulia dan bernilai dan kehidupan manusia dibuatnya tidak terbatas kepada kehidupan beberapa hari di dunia dan dengan datangnya kematian, kehidupannya tidak berakhir dan lembaran perbuatannnya tidaklah berakhir di situ.

Akal kita mengatakan, haruslah setelah kehidupan di dunia ini, terdapat kehidupan lainnnya, priode kehidupan pendek di dunia yang dipenuhi dengan kesulitan dan penderitaaan haruslah menjadi sebuah pendahuluan bagi kehidupan akhirat yang abadi dan untuk sampai kepada kebahagiaan dan kesenangan yang abadi di alam akhirat.

Tujuan allah adalah manusia agar berkembang dan maju di dunia dan menyiapkan tabiat atau watak watak yang baik di dunia untuk dirinya sehingga nanti di akhirat, dapat hidup untuk selamanya dalam gelimang kesenangan dan kenikmatan.


Dalil Kedua

Sebagian manusia adalah shalih dan baik. Menghendaki kebaikan untuk orang lain, dan seringkali membantu orang-orang yang ada di bawahnya dan membantu sesama manusia dan mengasihi anak anak yatim, berbuat ihsan kepada orang orang yang terlantar dan fakir, akhlaknya baik, tidak berbohong , dan tidak memalsukan barang dalam berdagang, dan tidak mendzalimi orang lain, dan tidak merampas harta orang dan masyarakat, mendirikan shalat, dan melaksanakan kewajibannnya dan menjauhi perbuatan ?perbuatan dosa.


Setelah kehidupan di dunia ini,

terdapat kehidupan lainnya di mana

manusia akan melihat balasan dari

semua perbuatannya di dunia. Orang-

orang yang baik kelakuannya akan

menikmati hidup yang nyaman dan

bergelimang dengan kenikmatan dan

kebahagiaan. Sebaliknya orang-oran

yang keji dan berperilaku buruk akan

merasakan kehidupan yang sulit dan

menakutkan, dan diazab dengan

siksaan pedih tak terperikan.


Kelompok lainnnya, adalah berbuat jahat dan tidak layak. Mereka mendzalimi sesama, dan merampas hak orang lain, berburuk pekerti dan pembohong dan berkhianat, tidak berpuasa, tidak takut melakukan perbuatan-perbuatan haram dan seperti binatang liar siang dan malam melakukan kedzaliman dan melampiaskan hawa nafsu dan syahwat.

Dua golongan ini selalu ada di sepanjang sejarah dan mereka tidak merasakan balasan dari perbuatan baik dan buruknya di dunia ini. Kita banyak sekali menyaksikan manusia yang di sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat kekejian dan kejahatan , melanggar hak orang lain dan melampiaskan syahwat , namun mereka tidak menerima hukuman apapun di dunia.

Dan betapa banyak orang shalih dan berbuat kebajikan yang kita lihat , hidup dalam keadaan sulit dan miskin di dunia dan mereka tidak mendapatkan ganjaran dari perbuatan baiknya di dunia.

Apakah tidak seharusnya ada kehidupan setelah di dunia ini sehingga perbuatan perbuatan baik dan buruk setiap orang diperiksa , dan bagi yang baik diberi balasan yang baik dan bagi yang berbuat keburukan mendapat balasan yang buruk pula?

Apabila umur manusia berakhir hanya di dunia ini dan lembaran perbuatan tidak dibuka lagi di akhirat kelak, apakah penciptaan manusia tidak sia sia dan bertentangan dengan keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT yang berkuasa?

Apakah akal kalian setuju dan menerima jika orang orang yang menghendaki kebakan dan berbuat kebajikan disamakan dengan orang orang jahat dan buru perangainya dan mereka tidak diperiksa amalannya?

Apakah perbuatan yang tidak pantas dan masuk akal seperti ini dapat kita nisbatkan kepadfa Allah SWT?

Sekiranya tidak ada hari kiamat dan hari pengadilan, lalu pengutusan para Nabi dan perintah dan larangan Tuhan yang dibawa mereka merupkan suatu pekerjaan yang sia sia dan tidak bermanfaat?

Pabila tidak ada hari perhitungan dan tidak ada ganjaran dan hukuman, lalu mengapa manusia mematuhi perintah perintah Allah dan para Nabi?


Kematian

Kematian adalah keperpisahan dan terpisahnya ruh dari badan. Islam mengatakan kepada kita, bahwa manusia tidak akan binasa dan musnah karena kematian, melainkan manusia akan berpindah dari dunia ini ke dunia lainnnya dan dari kehiudpan ini akan memasuki kehidupan lainnya. Baginda Rasul SAW bersada, "Kalian tidak diciptakan ntuk kemusnahan melainkan kalian diciptakan untuk kekal dan kehidupan yang abadi, kalian akan berpindah dari alam dunia ke alam yang lainnya."

Menurut pandangan islam., berpisahnya ruh dari badan tidaklah berlaku sama terhadap semua orang, orang-orang yang suka berbuat dosa dan kecintaannya kepada dunia ini begitu berat dan tidak memiliki hubungan sedikitpun dengan dunia lain dan tidak akrab dengannnya, maka ia akan dicabut nyawanya dengan sangat sulit dan sakit, namun berbeda dengan halnya orang orang yang suka melakukan kebajikan dan amal shalih, dan tidak begitu bergantung kepada dunia materi ini, dan akrab dengan allah dan akhirat , mereka akan kehilangan nyawa dengan begitu senang dan mudah.*


Alam barzakh

Akal mengistbatkan atau membuktikan kepada kita pokok ma?ad dan kehidupan setelah kematian, adapun tentang bagaimana bentuk kehidupan setelah kematian itu, akal tidak dapat memberikan penjelasan dan petunjuk , melainkan kita harus merujuk kepada ayat ayat al-Quran dan ucapan para Nabi dan pemuka agama.

Dari al-Quran dan hadis hadis Nabi dan para Imam suci dapat disimpulkan bahwa sebelum berlangsungnya kiamat dan kebangkitan secara massal, telah ada dunia lain yang bernama barzakh yang merupakan pertengahan (washitah) antara dunia dan akhirat, ketika manusia mati, pertama, ia akan memasuki alam barzakh, dan di situ dia mengalami kehidupan yang khusus.

Awal kehidupan spiritual dan rohani yang dimulai dari kubur, adalah pertanyaan dan interogasi terhadap yang mati dan akidah dan perbuatannnya secara garis besarnya diperiksa, apabila akidahnya benar dan memiliki banyak amal shalih, maka akan terbuka baginya pintu surga dan berada di jalan menuju surga. Dia mendapatkan nikmat nikmat surgawi dan menantikan datangnya kiamat dan wushul (sampai) kepada nikmat nikmat surgawi yang abadi.

Apabila dia adalah orang yang berperilaku buruk dan pendosa, maka ia berada di jalan ke neraka, dan dibuka untuknya pintu kecil dari neraka, dan hingga hari kiamat ia berada dalam siksaan dan kepedihan dan menjalani kehidupan yang pahit dan saking takutnya dengan datangnya hari kiamat dan siksaan pedih , ia selalu dalam keadaan menggigil ketakutan dan bimbang.

 

Kiamat dan kebangkitan massal

al-Quran dan hadis hadis Nabi dan para Imam suci mensifati kiamat seperti berikut ini. Matahari dan bulan menjadi gelap dan tidak bercahaya lagi, gunung gunung hancur runtuh dan bercerai berai, lautan tanpa air dan membakar, tata surya bertabrakan , bumi dan langit hancur berkeping keping , dan kala itu, semua yang mati hidup dan dibangkitkan kembali dan hadir untuk diperhitungkan di neraca keadilan Allah.

Semua perbuatan dan gerakan manusia terekam di sisi Allah dan tercatat di lembaran wujud , perilaku atau perbuatan sekecil apapun tidak dilupakan dan dicatat. Hari kebangkitan dimana tirai telah disingkap dari mata manusia , mereka dapat menyaksikan perbuatan dan perilaku mereka itu hadir , dan lantas dimulailah perhitungan amalan dan dengan penuh teliti.

Orang-orang kafir dan pendosa yang tidak dapat dimaafkan langsung dikirim ke neraka. Orang-orang yang mukmin dan berlaku baik diantar ke surga, dan para pendosa yang masih bisa dimaafkan , karena di alam barzakh, mereka sudah disiksa dan merasakan pahitnya penderitaan akibat perbuatan buruk mereka, dengan syafaat para Nabi dan para Imam suci, mereka dimaafkan dab diampuni, dan akhirnya cahaya tauhid menghapus kegelapan dosa dan pergi ke surga.

Hisab atau perhitungan orang orang yang beriman berlangsung dengan mudah dan tidak lama kemudian, mereka dimasukkan ke surga, adapun orang orang kafir dan banyak sekali ahli dosa diberlakukan dengan sulit.

Amalan mereka yang terkecilpun dan gerakan mereka diperiksa dan ditanya. Mereka diberhentikan di Mahsyar cukup lama dan mereka melewati tahapan-tahapan yang banyak perhitungan dengan penuh penderitaan dan kesulitan.


Surga

Surga adalah tempat bagi orang orang yang baik dan layak dan berbagai jenis kenikmatan dan sarana sarana kemudahan dan kesenangan disediakan di sana.

Apa saja yang manusia inginkan dan bayangkan , pasti ada.[2] kenikmatan surgawi adalah lebih tingggi dan baik dari kenikmatan duniawi dan tiada seorangpun yang melihat dan mendengarnya.

Tiada kesedihan dan kesulitan yang ditemukan di surga, batrang siapa yang masuk surga, kehidupamnya akan abadi dan berada di sana untuk selama-lamanya. Surga memiliki derajat derajat yang berbeda dan setiap orang akan diberi tempat sesuai dengan keutamaan dan kesempurnaan jiwa dan amal perbuatannya yang shalih.


Neraka

Neraka adalah tempat yang diperuntukkan orang-orang kafir dan penjahat dan ahli dosa. Segala jenis siksaan dan hukuman dapat disaksikan di sana, Orang orang yang dimasukkan ke ke neraka , mereka akan disiksa dalam puncak penderitaan dan kesusahan, siksaan neraka itu sedemikian menakutkan dan pedihnya sehingga tiada yang dapat menggambarkan dan membayangkannnya, api neraka bukan hanya membakar tubuh, melainkan ianya membakar juga ruh dan jiwa manusia dan bermuara dari batin dzat dan seluruh wujudnya terbakar oleh api neraka.

Ahli neraka ada dua golongam, golongan pertama, yakni orang orang kafir dan orang orang yang sama sekali tidak memiliki cahaya iman dan penyembahan Tuhan yang esa secara total, golongan ini untuik selamanya berada di neraka dan berada di dalam siksaan yang pedih dan tidak memiliki jalan keluar untuk menyelamatkan diri.

Golongan kedua, orang orang yang bertauhid dan menyembah Tuhan dan beriman, namun lantaran lemahnya iman mereka melakukan dosa dan maksiat, dan karena itulah, mereka layak merasakan siksa neraka.

Dua golongan ini secara temporal disiksa di neraka dan akhirnya cahaya iman akan mengalahkan kegelapan dosa dan melalui ampunan langsung dari Tuhan semesta alam, ataupun syafaat para Nabi pilihan, mereka selamat dari api neraka dan masuk ke surga.

Neraka memiliki banyak derajat dan siksaannya bermacam macam, setiap orang ditempatkan sesuai dengan kadar dosanya dan disiksa tergantung besarnya dosanya.


Syafaat

Masalah syafaat telah disinggung oleh al-Quran dan banyak sekali riwayat dari rasul SAW dan para Imam suci yang menyinggung hjal ini. Sampai-sampai, pokok kebenaran syafaat tidak dapat dipungkiri. Dari keseluruhan riwayat dapat disimpulkan bahwa Rasul SAW dan para Imam suci memberikan syafaat kepada sebagian pendosa dan mengatakan, "Ya Allah! Walaupun orang ini banyak dosa dan layak disiksa, akan tetapi, lantaran sifatnya yang terpuji dan baik yang dimilikinya ataupun sifat kedermawanan dan keagungan-Mu ataupun melalui kemuliaan yang kami miliki di sisi-Mu, kami memohon , abaikanlah dosa dosanya, dan berikan ampunan atas dosa dosanya." permintaan mereka dikabulkan dan pendosa itu mendapatkan rahmat dan ampunan Tuhan yang maha penyayang.


Mepertimbangkan ayat ayat dan riwayat ini, inti kebenaran syafaat tidak dapat dinafikan, adapun ada bebarapa point yang tidak boleh dilupakan:

1. Para pemberi syafaat tidak akan memberikan syafaatnya tanpa ijin dan perintah Tuhan.

2. Tempat syafaat adalah pada hari kiamat dan setelah hari perhitungan amalan. Dan di kala berkas perbuatan perbuatan diperiksa , maka nasibnya haruslah jelas dan perhitungan sekaligus diperjelas, dan olah karena itulah pemberi syafaat meminta ampunan dan orang pendosa yang seharusnya masuk ke neraka?berubah masuk ke surga, namun di alam barzakh , tidak ada syafaat dan orang pendosa mau tidak mau haruslah disiksa sesuai dengan amal perbuatannya, walaupun mungkin saja, di sanapun berkat pesan rasul SAW dan para Imam suci, diberikan keringanan dalam siksaanya, namun masalah ini bukanlah termasuk syafaat.

3. Para pemberi syafaat isendiri mengatakan, kalian bersungguh sungguhlah, masuklah ke Mahsyar dalam bentuk manusia, sehingga kami dapat memberi syafaat kepada kalian, dari itulah, pabila dosa dan sifat liar sudah sampai ke pringkat dimana dzat manusia telah berubah dan kalian masuk ke padang mahsyar dalam rupa binatang, maka tidak ada jalan untuk mensyafaati kalian. Al hasil, untuk mendapatkan syafaat diperlukan kelayakan dan pesyaratan.

4. Para pemberi syafaat juga mengecualikan beberapa jenis dosa dimana untuk itu syafaat tidak dapat berbuat apa-apa seperti bagi perbuatan meninggalkan shalat. "syafaat kami tidak meliputi keadaan kelompok ini." (al-Hadis)

5. Dengan memperhatikan persoalan di atas, manusia tidak boleh sombong dengan janji syafaat dan lalu berbuat dosa, karena orang yang melakukan maksiat dengan harapan mendapatkan syafaat, adalah seperti orang yang mengharapkan dokter dan obat , sedangkan dia meracuni dirinya sendiri dan membahayakan nyawanya dnegan racun itu.


Tobat

Dari ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis para Imam suci dapatlah disimpulkan bahwa pendosa apabila sebelum matinya, ia bertaubat dan menyesali perilaku perilaku buruknya, maka dosanya akan diampuni dan tidak akan dipertanyakan.


Adalah wajib bagi setiap Muslim

untuk mengetahui akhlak yang buruk

dan hendaknya ia berupaya

menjauhkan sifat-sifat buruk itu dari

jiwanya. Bila kita ingin bahagia,

maka kita harus benar-benar

mewaspadai diri kita dan

melaksanakan perintah-perintah

akhlak Islami. Kita harus

membersihkan dan mengganti sifat-

sifat buruk dan akhlak yang buruk

dengan akhlak yang terpuji dan sifat-

sifat yang mulia


Dari itulah, pintu taubah dan kembali kepada Allah terbuka bagi semua ahli dosa dan tiada seorangpun yang boleh berputus asa dari rahmat Allah. Akan tetapi, jangan sekali-kali mengira bahwa bahwa hanya dengan mengucapkan ?Astaghfirullah? dan dengan menekan urat syaraf, dan setetes air mata mengalir dari matanya, berarti ia sudah bertaubah dan berhak mendapatkan ampunan ilahi, melainkan taubah yang hakiki memiliki beberapa pesyaratan dimana Ali ibn Abi Thalib menyinggung taubah yang hakiki tersebut.


Imam Ali mengatakan, dalam taubah diperlukan enam hal:

Pertama, hendaknya engkau benar-benar menyesali dosa-dosa yang terdahulu.

Kedua, hendaknya engkau memutuskan dengan sungguh sunggguh untuk tidak berbuat dosa di masa akan datang.

Ketiga, apabila manusia ada yang haknya belum engkau tunaikan, hendaknya tunaikan dahulu hak mereka.

Keempat, qodoilah (bayarlah) kewajiban-kewajiban yang telah engkau tinggalkan.

Kelima, daging yang tumbuh di badanmu dengan makanan makanan haram, kuruskanlah dengan kesedihan dan penyesalan terhadap dosa.

Keenam, sebagaimana engkau merasakan manisnya maksiat , maka rasakan juga kepahitan dan sulitnya ibadah , baru kemudian ucapkanlah kalimat istighfar dengan lisanmu. [3]

 


Catatan Kaki:

[1] Masalah kebangkitan tekait dengan ruh. Di sini penulis tidak mendedahnya secara mendetil mengingat tujuannya bukan kepada perincian masalah. Bagi penbaca yang tertarik dengan masalah kebangkitan, bisa merujuk kepada buku jafar subhani yang akan segera diterbitkan oleh al-huda tentang kesejatian ruh-peny.

[2] Al-Quran menyebutkan bahwa penghuni surga cukup mengucapkan subbanakallabumma, maka segala keinginannya terwujud.

[3] Nabi al-Balagbab, Hikmah 426.